Renungan Harian 5 Februari 2021: Berantakan

0
1,243 views
Ilustrasi - Diperbudak uang sehingga hidupnya malah berantakan. (Ist)


PW. S. Agata, Perawan dan Martir
Bacaan I: Ibr. 13: 1-8
Injil: Mrk. 6: 14-29
 
BEBERAPA tahun yang lalu, saya mengunjungi seorang bapak yang sudah kami anggap saudara. Bapak itu sebenarnya adalah teman bapak saya.

Saya kenal beliau karena beliau  sering main ke rumah dan bapak sering mengajak kami main ke rumah beliau. Saya biasa memanggil beliau Om Besek.

Menurut cerita bapak, karena rumah Om Besek itu terbuat dari bilik bambu dan saya menyebut rumahnya dari besek, maka beliau menyebut dirinya Om Besek. (besek adalah wadah terbuat dari bambu).
 
Saya kenal beliau sudah menjadi orang yang sukses, punya banyak usaha dan hidup berkelimpahan. Beliau tinggal di kota besar karena hampir semua usahanya ada di kota itu. Saya ingat waktu itu sering diajak beliau jalan-jalan naik mobil yang bagus kalau beliau mampir ke rumah kami.
 
Tetapi entah mengapa sejak saya SMP saya tidak pernah bertemu dengan Om Besek lagi, dan beliau juga tidak pernah datang ke rumah lagi.

Pernah saya bertanya kepada bapak dan menurut bapak, Om besek sudah tidak tinggal di kota besar itu. Bapak juga sudah kehilangan kontak dengan beliau.
 
Suatu hari, saya mendapat telepon dari seseorang yang ternyata adalah Om Besek. Dan beliau bercerita kalau sudah pindah ke kota kelahirannya.

Beliau berharap bisa bertemu dengan saya.
 
Saat saya mengunjungi beliau, ternyata beliau tinggal sendirian. Beliau bercerita kalau keluarganya berantakan dan semua usahanya bangkrut.

Masih menurut beliau, pada saat sedang jaya, beliau menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari uang.

Beliau ingin keluarganya selalu bahagia dan sejahtera, maka beliau bekerja siang malam mencari uang untuk memenuhi keluarganya.

Semakin makmur keluarga semakin banyak kebutuhan sehingga semakin tidak punya waktu lagi untuk keluarga.

Akibatnya, keluarga berantakan.
 
Isteri Om Besek pergi dengan sopirnya; meninggalkan Om Besek dan dua orang puteranya. Setelah selesai kuliah kedua puteranya diserahi usaha-usaha yang dirintis oleh Om Besek.

Om Besek kembali ke tanah kelahirannya menggarap sawah. Namun putera-puteranya tidak bisa bekerja dengan baik, karena sejak kecil selalu dimanjakan dengan berbagai hal.

Akibatnya semua usaha yang dirintis Om Besek bangkrut.
 
Sekarang ini kedua puteranya yang sudah berkeluarga menjadi tanggungan Om Besek. Tiap bulan Om Besek harus mengirim sejumlah uang untuk kehidupan keluarga kedua putranya dari hasil sawahnya. \Beliau bercerita dengan kepedihan yang mendalam. Beliau mengatakan sekarang hidupnya sungguh-sungguh sepi dan kering.
 
Beliau memberi nasihat kepada saya:

“Kamu harus belajar dari Om Besek. Manusia itu pasti butuh uang untuk hidup, tetapi kenyataannya uang bukan segala-galanya. Memang uang bisa membeli banyak hal, tetapi uang tidak bisa membeli kebahagiaan.

Hati-hati, ketika kamu punya uang tanpa sadar uang bisa memperbudak kamu. Hal yang paling penting orang harus bisa mengatakan cukup. Orang kalau bisa mengatakan cukup, berapa pun uang yang ada dan dalam keadaan apapun pasti akan cukup. Sebaliknya kalau orang mengatakan tidak cukup berapa pun uang yang ada dan sekaya apa pun orang itu tidak akan pernah merasa cukup.”
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat kepada Jemaat Ibrani: “Janganlah kamu menjadi hamba uang, tetapi cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.”
 
Bagaimana dengan aku? 

Adakah bisa mengatakan cukup dengan apa yang ada padaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here