Renungan Harian 5 November 2020: Tidak Pantas

0
744 views
Main kartu (Ist)


Bacaan I: Flp. 3: 3-8a
Injil: Luk. 15: 1-10
 
SUATU sore, tokoh-tokoh umat dari sebuah lingkungan datang untuk bertemu dengan saya. Kedatangan mereka cukup mengagetkan, karena tampaknya ada sesuatu yang serius.

Mereka yang datang adalah para pengurus lingkungan dan beberapa sesepuh lingkungan itu.
 
Setelah berbasa-basi sejenak, salah satu sesepuh itu memulai pembicaraan:

“Romo, kedatangan kami kesini untuk menyampaikan keluhan dan harapan kami kepada romo. Pertama, kami mohon agar romo memberhentikan bapak Prodiakon Z, karena menurut kami beliau tidak pantas menjadi seorang Prodiakon. Kedua, kalau romo tetap mempertahankan beliau, maka warga lingkungan kami tidak mau dilayani oleh bapak Prodiakon itu, baik dalam pertemuan-pertemuan lingkungan maupun menerima komuni dari tangannya.”
 
Di paroki di tempat saya bertugas, pada masa adven, prapaskah dan bulan Kitab Suci para Prodiakon dibagi untuk melayani di lingkungan-lingkungan secara bergilir.

Saya agak terkejut dengan permintaan mereka.
 
“Maaf, memang ada masalah apa antara warga lingkungan dengan bapak Prodiakon itu?,” tanya saya.

“Maaf, romo, apakah romo tidak tahu latar belakang bapak itu? Dia itu mau ke gereja dan aktif di gereja baru 10 tahun ini sejak kembali ke sini. Kami yang tua-tua ini tahu siapa dia. Dia itu penjudi  besar, pemabuk, bahkan jadi preman. Apakah orang seperti itu pantas untuk menjadi Prodiakon? Kami merasa tidak nyaman untuk menerima Tubuh Kristus dari orang seperti itu,” jawab salah seorang bapak dengan agak emosi.
 
“Bapak, ibu yang terkasih, apakah menurut bapak dan ibu selama sepuluh tahun terakhir ini, beliau masih berjudi, mabuk dan jadi  preman?,” tanya saya.

“Tidak sih romo, ya baru 10 tahun ini dia ke gereja lagi dan aktif dan hidup biasa,” jawab salah seorang bapak yang mengaku kenal dengan beliau.

“Menurut bapak dan ibu, siapa Prodiakon yang paling pantas melayani warga lingkungan bapak ibu? Harus sebersih, sesuci atau seterhormat apa yang pantas melayani lingkungan bapak ibu?,” tanya saya.

Mereka semua diam, tetapi wajah mereka menunjukkan ketidakpuasan dengan tanggapan saya.
 
Betapa mudah, aku mengadili orang lain sebagai orang berdosa, orang yang tidak layak tetapi aku tidak pernah bercermin tentang diriku sendiri.

Akankah aku membuat para malaikat Allah bersuka cita, sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Lukas: “Aku berkata kepadamu, demikian juga akan ada sukacita pada malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here