Renungan Harian 7 November 2020: Jamasan

0
781 views
Aneka keris by Strobbist


Bacaan I: Flp. 4: 10-19
Injil: Luk. 16: 9-15
 
SETIAP tanggal 1 Suro (Tahun Baru jawa), bapak yang sudah sepu, yang biasa saya panggil Mbah Guru itu selalu mengadakan ritual jamasan (memandikan pusaka). Pagi-pagi beliau sudah menyiapkan air hangat, air biasa, dan beberapa perlengkapan untuk kepentingan jamasan.

Kemudian Mbah Guru akan mengeluarkan peti kayu yang berisi berbagai macam keris.
 Keris satu persatu dibersihkan, dicuci hingga mengkilap lagi, dikeringkan dan kemudian diwarangi

Beliau dengan tekun dan teliti membersihkan keris satu persatu. Beliau memperlakukan keris-keris itu dengan baik dan hormat.
 
Suatu ketika saya bertanya kepada beliau tentu dengan bahasa Jawa waktu itu: “Mbah, mengapa Mbah Guru masih melakukan upacara “jamasan” bukan itu bertentangan dengan iman Mbah Guru?”

“Begini ya ngger (nak), simbah melakukan ini untuk nguri-uri (menjaga dan memelihara) peninggalan leluhur. Keris-keris ini hasil karya para empu yang pada zamannya amat disegani. Keris-keris ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi, selain itu, ini adalah hasil olah rasa dan karsa dari para empu-empu yang luar biasa.
 
Kalau simbah melakukan “jamasan” bukan simbah menyembah pada keris-keris ini, tetapi simbah merawat agar keris-keris ini tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Ngger untuk melakukan ini butuh ketekunan yang luar biasa. Kenapa tiap tanggal 1 Suro, bagi simbah, tanggal itu untuk tetenger (penanda) bahwa sudah waktunya simbah membersihkan keris-keris itu. Apakah tanggal lain tidak boleh dan dan tidak bisa? Kapan pun bisa dan boleh, hanya agar tidak lupa simbah ikut tradisi tanggal 1 Suro.
 
Ngger, setiap kali simbah melakukan “jamasan” simbah menemukan rasa syukur yang luar biasa.

Syukur pada Allah bahwa lewat kemampuan dan rahmat yang diberikan Allah kepada para empu sehingga memberikan peninggalan yang luar bisa.”

Mbah Guru menjelaskan sambil menunjukkan keindahan keris-keris miliknya.
 
Ngger, kita harus beriman hanya pada Allah, kita harus hanya mengandalkan pada kebesaran Allah. Jangan pernah menduakan Allah. Simbah punya keris-keris yang luar biasa pada masanya, tetapi simbah tidak pernah mendewakan atau menjadikan keris sebagai suatu andalan dalam hidup simbah,” Mbah Guru menambahkan.
 
Iman yang luar biasa dalam hatiku. Bagiku Mbah Guru adalah sosok yang sudah matang dalam hidup beriman. Mampu menempatkan segala hal sebagai sarana dan hanya mengimani Allah dan mengandalkan Allah.
 
Seperti sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Lukas: “Seorang hamba tidak mungkin mengabdi pada dua Tuan. Jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain.”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku hanya mengandalkan Allah?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here