Renungan Harian Kamis, 18 Maret 2021: Pulanglah

0
1,495 views
Ilustrasi - (Ist)


Bacaan I: Kel. 32: 7-14.
Injil: Yoh. 5: 31-47.

“IBU nampaknya masih menunggu adik kami yang bungsu, Romo,” kata seorang bapak, putera tertua dari ibu yang baru saja saya layani Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Ibu itu sudah amat sepuh dan menderita sakit stroke sudah lebih dari tiga tahun. Selama tiga tahun itu lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur; karena memang sudah tidak bisa jalan lagi.

“Apakah adik sudah tahu keadaan ibu? Dan kapan dia akan pulang?,” tanyaku.
 
Bapak itu menghela nafas.

“Romo, sudah amat lama kami tidak berkomunikasi dengan adik bungsu ini. Mungkin sudah lebih dari 10 tahun kami tidak ada kontak dan sesungguhnya tidak ada niat di antara kami untuk berkomunikasi dengan dia.

Romo, dia selalu menjadi sumber masalah di keluarga kami. Ibu sampai terkena stroke juga akibat ulah adik kami ini. Setiap kali pulang hanya minta uang, lalu pergi. Terakhir pulang mungkin tiga tahun lalu, karena kami tidak ada yang menemui. Dia pulang lalu mengambil perhiasan simpanan ibu, dan sampai sekarang tidak pernah pulang.
 
Ibu, selalu bertanya di mana kabar adik kami. Kami selalu menjawab agar ibu tidak usah memikirkan dia. Biarkan dia hidup dengan maunya sendiri yang penting tidak mengganggu kami lagi.

Tapi ya itu tadi mo, namanya seorang ibu, selalu saja tanya tentang adik kami. Akhir-akhir ini, ibu sering bicara ingin bertemu dengan adik kami. Saya sudah bicara dengan dua adik saya lain, dan mereka masih keberatan untuk bertemu dan memaafkan adik bungsu,” bapak itu mengakhiri kisahnya.
 
“Mas, kasihan ibu. Ajak adik-adik, meski gak mau ketemu dengan adik bungsu, tapi lihat demi ibu.” Kata saya.

“Iya mo,” jawab bapak itu.
 
Cinta yang luar biasa dari seorang ibu. Meski sudah dilukai berulang-ulang dan menderita karenanya, tetapi tetap selalu tersedia maaf untuk anaknya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Keluaran, Allah  berkenan mengampuni dan menyelamatkan umat-Nya meski umatNya sudah meninggalkan Dia.

Cinta-Nya yang begitu besar pada umat-Nya menjadikan Allah tidak pernah kehabisan keharimanNya. “Dan menyesallah Tuhan atas malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku menikmati kerahiman Allah?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here