Renungan Harian Minggu, 21 Maret 2021: Asisten Rumah Tangga

0
1,389 views
Ilustrasi - Jualan anake barang di pasar tradisional. (Ist)

Minggu Prapaskah V
Bacaan I: Yer. 31: 31-34
Bacaan II: Ibr. 5: 7-9
Injil: Yoh. 12: 20-33
 
KETIKA sedang liburan, saya pergi main ke pasar tradisional. Saya sering menyempatkan diri untuk menikmati dawet yang enak, khas di pasar itu.

Ketika saya sedang menikmati dawet, saya melihat seorang ibu sedang memarahi pembantunya. Ibu itu nampak kesal karena pembantunya tidak berada di dekatnya.
 
“Kamu dari mana? Seharusnya kamu selalu di dekat saya. Kamu itu diajak ke sini untuk membantu saya membawa barang belanjaan; bukan malah lihat-lihat ke sana kemari,” ibu itu menegur pembantunya.

“Maaf, Nyah, saya pikir,” pembantu itu mencoba menjelaskan.

“Kamu ndak usah mikir, tugasmu bukan mikir. Tugasmu sekarang ada di dekat saya untuk membawa barang-barang belanjaan. Udah jangan mikir-mikir; pokoknya ikutin saya dan ikutin perintah saya, gitu aja kok ndak bisa,” ibu itu masih ngomel.
 
“Betul ndak bu, pembantu itu jangan banyak mikir, pokoknya ikutin aja saya,” ibu itu seolah meminta peneguhan dari pedagang sayuran.

“Saya kok ndak suka, kalau dia sok-sok mikir. Kalau mau mikir dan mau bertindak sendiri ya jangan jadi pembantu. Pembantu sekarang ini sulit diatur, maunya sok mikir banyak alasan. Iya kan bu, kalau dibanding pembantu zaman dulu, jauh beda. Pembantu zaman dulu itu nurut, gak banyak alasan, setia mengikuti ndak mikir dirinya mau apa, pokoknya mengikuti ndoro-nya,” ibu itu ngomel sambil memilih sayuran.
 
Saya berpikir dalam hati, kasihan pembantu itu. Berat menjadi pembantu, gajinya kecil, jam kerja tidak menentu dan harus nurut, tunduk dan taat; bahkan harus mengikuti tuan atau nyonyanya.

Saya sempat berpikir sedikit nakal bahwa pembantu yang baik adalah pembantu yang bisa mengosongkan dan melawan diri sendiri. Wow luar biasa. Mereka, para pembantu itu “terpaksa” nurut dan taat karena tidak punya pilihan lain.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes: “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku, dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.”

Betapa sulit menghayati sikap sebagai pelayan, manakala aku belum bisa mengosongkan diri dan mengalahkan diriku sendiri.
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku mau menjadi pelayan Tuhan karena cinta?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here