Hari Minggu Palma
Bacaan I: Yes. 50: 4-7
Bacaan II: Flp. 2: 6-11
Injil: Mrk. 14: 1-15: 47
SAYA berbicara dengan seorang anggota Dewan Paroki berkaitan dengan kebutuhan sewa truk untuk mengangkut peralatan kebutuhan camping.
Anggota dewan tersebut adalah seorang karyawan di perusahaan yang bergerak di bidang mebel dan jual beli hasil bumi. Anggota dewan itu menyarankan saya untuk menemui bosnya untuk pinjam kendaraan.
Saya agak ragu, karena saya orang baru dan belum kenal dengan bosnya. Tetapi anggota dewan itu meyakinkan saya bahwa bosnya orang yang baik.
Saya menuruti saran anggota dewan itu, saya datang ke rumah bapak pemilik perusahaan. Ketika sampai di rumah itu, seorang karyawan menyambut saya dan mengatakan bahwa bapak ada di gudang belakang.
Karyawan itu bertanya apakah saya mau menunggu di ruang tamu atau menemui di gudang.
Saya mengatakan bahwa saya mau menemui di gudang.
Sesampai di gudang, saya melihat karyawan sedang istirahat minum kopi dan makan makanan kecil, beberapa sambil merokok.
Saya melihat mereka sedang bersenda gurau. Saya agak terkejut, karena di antara karyawan itu ada bapak pemilik perusahaan ikut duduk minum kopi dan bersenda gurau.
Kalau saya tidak diantar oleh karyawan, saya tidak tahu mana bapak pemilik perusahaan.
Pemandangan yang menarik yang mengkonfirmasi cerita anggota dewan yang mengatakan bahwa bos-nya adalah orang yang baik.
Anggota dewan yang adalah karyawan bapak itu bercerita, bahwa meskipun beliau pemilik perusahaan dan orang yang kaya tetapi beliau amat dekat dengan karyawan, dan menganggap para karyawan sebagai rekan kerja bukan bawahannya.
Bapak itu amat menghormati setiap karyawannya. Ia amat peduli dengan karyawannya. Ia selalu mendengarkan keluh kesah karyawannya. Setiap istirahat pagi dan makan siang ia selalu bergabung. Kalau ada karyawan atau keluarganya yang sakit, ia selalu menengok dan menanggung biaya pengobatan.
Bapak ini amat dihormati dan dicintai karyawannya, karena sikapnya yang amat rendah hati. Juga tidak menganggap dirinya lebih dari karyawannya meski beliau seorang pemilik perusahaan.
“Ia nguwongke karyawannya romo, siapa pun itu,” anggota dewan itu menutup ceritanya.
Sosok yang sudah langka di zaman sekarang ini. Banyak orang berebut jabatan dan kekuasaan demi mendapatkan penghargaan.
Tidak jarang dengan jalan yang kurang baik dan menindas agar mendapatkan penghormatan. Padahal kehormatan diperoleh karena sikap rendah hati dan penuh kasih.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, Yesus memberikan teladan luar biasa dalam hal perendahan dan pengosongan diri.
“Walaupun dalam rupa Allah, Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku bagian dari mereka yang berebut kehormatan?