Home BERITA Renungan Harian: Nasi Bungkus

Renungan Harian: Nasi Bungkus

0
1,658 views
Ilustrasi - Nasi bungkus. (ist)


22 November 2020
Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
 
Bacaan I: Yeh. 34: 11-12. 15-17
Bacaan II: 1Kor. 15: 20-26a. 28
Injil: Mat. 25: 31-46
 
DALAM pertemuan seksi sosial paroki, para pengurus mengusulkan agar paroki mengadakan aksi sosial membagi nasi bungkus satu kali dalam sepekan untuk saudara-saudara yang  berkekurangan. Idenya bukan hanya agar saudara-saudara yang berkekurangan mendapatkan makan, tetapi juga agar mereka mendapatkan makanan yang sedikit lebih baik.

Akhirnya diputuskan untuk dijalankan.
 
Sesuai dengan kesepakatan dalam rapat pada hari itu mulai pagi beberapa ibu dan beberapa bapak mulai memasak untuk menyiapkan nasi bungkus. Hari itu kami menyediakan 250 nasi bungkus untuk dibagikan.

Setelah selesai membungkus maka para bapak dan ibu itu berbagi tugas untuk berkeliling membagikan nasi bungkus.
 
Dalam perjalanan waktu, kami kesulitan untuk menentukan menu, karena bahan dasar selalu telur, daging ayam dan tahu tempe. Kami selalu bicara tidak masalah dengan bahan dasar, tetapi yang penting cara mengolahnya selalu berganti dan selalu diusahakan agar nasi harus baik.
 
Pada suatu saat harga ayam begitu mahal, sehingga kami memutuskan untuk beberapa kali menyediakan masakan berbahan dasar telur. Keputusan itu dibuat karena kemampuan kami terbatas.

Dalam bulan itu hanya satu kali menu berbahan dasar daging ayam.
 
Suatu hari, beberapa ibu sepulang membagi nasi bungkus, tampak sedih dan marah. Beliau bercerita bahwa ada dua orang yang menerima nasi bungkus, ketika melihat menunya berbahan telur ngomel-ngomel dan langsung membuang nasi bungkus itu ke tempat sampah.

Mendengar cerita ibu-ibu itu, saya mengatakan untuk tidak berkecil hati. Hal yang paling penting adalah usaha kita untuk berbagi. Niat baik disertai usaha yang baik dan kerja yang baik untuk saudara-saudara kita, menurut saya itu sudah luar biasa.

Soal ada yang menerima dengan senang hati atau ada yang menolak bahkan mencemooh jangan menjadikan risau dan surut.

Tugas kita adalah berbagi kasih.
 
Dalam pembicaraan pada waktu evaluasi beberapa dari bapak dan ibu itu bercerita bahwa pengalaman kebahagiaan saat berbagi lebih besar dari pada dukanya.

Kelelahan dan kesulitan dalam menyiapkan nasi bungkus terbayar melihat kebahagiaan saudara-saudara yang menerima.

Bahwa ada yang menolak tidak menjadi persoalan karena hati ini diajarkan, dilatih untuk peka dengan saudara-saudara yang berkekurangan.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Matius menegaskan bahwa betapa penting kepekaan hati pada saudara-saudara yang berkekurangan. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
 
Apakah aku mampu melihat kehadiran Tuhan dalam diri saudaraku yang hina dan berkekurangan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here