Renungan Harian Senin, 22 Maret 2021: Ghosting

0
1,169 views
Ilustrasi - Ghosting. (Ist)

Bacaan I: Tamb. Dan. 13: 1-9. 15-17. 19-30. 33-62.
Injil: Yoh. 8: 1-11

SETELAH perayaan ekaristi, saya mendengar ibu-ibu yang sedang ngerumpi membicarakan tentang ghosting, berkaitan dengan K, putera presiden.

Ibu-ibu seru ikut mengadili K sebagai laki-laki yang tidak bertanggungjawab, pengecut dan lain-lain. Mereka menyayangkan public figure semacam dia melakukan hal yang hina memutuskan pacarnya dengan cara yang demikian.

Belum lagi ditambah bahwa K meninggalkan pacarnya demi perempuan lain.
 
“Ibu-ibu memang tahu persoalan yang sesungguhnya, kok seru menghakimi K,” tanya saya iseng.

“Romo, di medsos sudah banyak penjelasan dari ibu pacarnya itu,” jawab salah satu ibu.

“Iya, tapi itu dari satu pihak kan? Dari pihak prianya ngomong apa?,” tanya saya.

“Gak tahu, romo. Tapi kami ini ibu-ibu yang punya anak perempuan, bisa merasakan sakit dan marahnya ibu itu kalau anak perempuan kami diperlakukan seperti itu,” jawab salah satu ibu itu dengan sedikit geram.

“Ibu-ibu, berita di medsos jangan langsung dipercaya, sebaiknya harus jelas dahulu kebenarannya seperti apa. Ini tidak jelas beritanya, dan hanya sepihak, ibu-ibu langsung menghakimi.

Hati-hati lho, jangan sembarangan menghakimi orang tanpa ada kejelasan. Wah ini Masa Prapaskah malah ngerumpi menghakimi orang,” jawab saya sambil tertawa.
 
Apa yang dilakukan oleh ibu-ibu yang ngerumpi menghakimi orang berdasarkan berita yang belum jelas dan atau hanya sepihak banyak terjadi di antara kita.

Godaan terbesar dalam menghakimi orang lain adalah tanpa sadar ingin terlihat baik dan suci.

Dengan menghakimi atau membicarakan orang lain, seolah-olah aku bukan bagian dari orang-orang yang berbuat jahat itu, padahal amat mungkin bahwa tindakanku dalam hal berbeda lebih jahat dari pada yang diperbuat orang yang aku hakimi atau bicarakan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan sejauh diwartakan dalam kitab Daniel, umat Israel menghukum Susana karena kesaksian palsu dari tua-tua.

“Himpunan rakyat percaya akan kesaksian mereka, karena mereka adalah orang tua-tua di antara rakyat; lagi pula mereka adalah hakim. Atas dasar kesaksian itu, dijatuhkannya hukuman mati kepada Susana.”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku bersikap lebih bijak?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here