Senin, 24 Mei 2021
Bacaan I: Kej 3:9-15.20
Injil: Yoh 19:25-34
“AKU perempuan biasa,” kata seorang ibu mengawali kisahnya.
“Aku gagal dalam pernikahanku, aku terpaksa meninggalkan laki-laki yang telah menikahiku,” katanya.
“Sikapnya yang sangat tergantung dengan orangtuanya, dan temperamental telah membuatku tidak berdaya,” katanya.
“Semua kebutuhan sangat tergantung dari mertua, namun dia melarang saya bekerja,” paparnya.
“Kepulanganku ke rumah ibu. Awalnya sangat disesali oleh ibu. Namun setelah aku jelaskan dan aku buktikan bahwa keputusanku pergi itu demi kebaikan, ibu pun kemudian mendukungku,” paparnya.
“Kita diciptakan sebagai manusia dengan hati yang rapuh. Maka kita mudah tersentuh, namun juga tersakiti. Namun tegarkan hatimu, karena kita kita tak selemah atau serapuh itu. Patah hati atau putus cinta yang kita alami justru menguatkan perasaan dan hati kita,” kata ibunya.
“Lima tahun lalu, saya mendapatkan tawaran kerja di kota lain. Berjumpa dengan lelaki yang baik dan kemudian kami menikah. Sekarang sudah dianugerahi dua anak,” katanya.
“Jalan hidupku memang tidak mulus. Namun dalam jalan yang berliku itu, saya ditempa menjadi perempuan biasa yang dewasa, yang boleh memilih untuk hidup bahagia,” paparnya.
“Terimakasih ibu, engkau telah memberiku pendampingan yang sangat berharga. Hidup harus saya hadapi dengan ketenangan jiwa dan terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang Pencipta,” katanya penuh syukur.
Jalan berliku kadang harus kita tempuh untuk sampai pada kebahagiaan.
Beranikah kita jalani lorong sunyi perubahan?