Selasa, 25 Mei 2021
Bacaan I: Sir 35: 1-12.
Injil: Mrk 10: 28-31.
DALAM gladi bersih untuk pernikahan, saya meminta calon mempelai yang belum hafal janji pernikahan untuk menirukan janji yang saya bacakan.
“Coba ikuti kata-kata saya,” kataku pada mempelai yang tidak hafal dan tidak bisa membaca janji pernikahan itu.
Kataku, “Di hadapan Tuhan, imam, orangtua, dan para saksi, saya…
Diikuti: “Di hadapan Tuhan, imam, orangtua, dan para saksi, saya…:
“Sebut namamu,” kataku
“Sebut namamu,” kata mempelai.
“Bukan,” kataku
“Bukan,” katanya
“Namamu,” kataku
“Namamu,”katanya
Meledaklah umat tertawa yang ikut gladi tersebut.
Barulah kemudian setelah diulangi sebanyak dua kali, janji pernikahan bisa diikuti.
Suasana pernikahan di pedalaman kerap kali menampilkan wajah umat yang sangat sederhana, dengan keluguan dan pengetahuan yang sederhana pula.
Tidak ada bunga yang indah atau pun pakaian pengantin yang mewah, atau pun makanan yang berlimpah.
Namun umat sangat antusias, dan berusaha ikut terlibat dalam liturgi.
Aneka kelucuan bisa terjadi, dan ini menjadi sebuah kegembiraan dalam pelayanan yang kadang menuntut kesabaran. Tidak cepat terbawa perasaan, apalagi emosi.
Mereka menerima pelayanan dengan antusias dan penuh kepercayaan. Dan selalu berusaha memberikan sukacita dan kegembiraan kepada para pelayan seperti kepada anggota keluarga sendiri.
Sebuah sikap yang pantas dihargai sepenuh hati. Karena dalam kesederhanaannya, mereka dengan tulus hati mempersembahkan tenaga, harta dan segala yang dia punya sebagai bentuk syukur atas pelayanan yang mereka terima.
Maka sungguh benar apa yang difirmankan Tuhan, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat.”
Menerima seratus kali lipat, itulah yang sungguh dialami oleh para pengikut Tuhan Yesus yang dengan rela hati meninggalkan segala sesuatu demi pelayanan dan pewartaan sabda Tuhan.
Tuhan akan selalu menaruh hati-Nya dan berpihak kepada orang yang setia melayani-Nya dengan sepenuh hati.
Bagaimana kita bisa menjadi pelayan yang bermurah hati?