Bacaan 1: Sir 51:12 – 20
Injil: Mrk 11:27 – 33
SEBAGAI bapak filsafat, Socrates sangat gemar berfilsafat di pasar kota Athena dan bukan di kelas atau ruang-ruang tertutup lainnya.
Suatu ketika saat ia di pasar dan mengajar filsafat tentang “mengenal diri sendiri”, seseorang bertanya apakah ia juga mengenal dirinya sendiri.
Socrates menjawab, “Saya tidak tahu, namun saya tahu, bahwa saya tidak tahu.”
Socrates jujur dan sadar untuk mengatakan bahwa ia memang tidak tahu dirinya sendiri. Pengetahuan yang tertinggi dalam arti ini adalah ketidaktahuan.
Sejatinya manusia memang makhluk yang tidak tahu.
Namun ketidaktahuan bukanlah suatu keadaan mutlak, melainkan cair.
Hal ini mestinya membuat manusia terbuka pada segala kenyataan yang ada.
Dalam sebuah perdebatan antara imam-imam kepala dengan Yesus, mereka terjebak kepada pertanyaannya sendiri dan berakhir dengan jawaban, “Kami tidak tahu.”
Peristiwa itu terjadi setelah Yesus membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan sepertinya para imam kepala itu tersinggung karena merasa wewenangnya diinjak-injak Yesus.
Pertanyaan kepada Yesus atas kuasa-Nya mengusir para pedagang dan datang dari mana kuasa-Nya itu dibalikkan-Nya.
“…Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!”
Jawaban para imam kepala bahwa mereka “tidak tahu”, kemungkinan besar tidak tulus. Sebab mereka adalah Ahli Taurat serta Kitab para Nabi, tentu paham tanda-tanda yang dibuat Yesus sebagai penggenapan Kitab Suci, termasuk apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.
Kehadiran Yesus sebagai Sang Mesias telah banyak dinubuatkan para nabi seperti yang tertulis dalam Kitab Suci.
Yesus tahu, bahwa Ia tidak perlu menanggapi orang yang tidak tulus dan jujur.
Berbeda dengan Yesus bin Sirakh, yang dengan tulus dan jujur mengakui bahwa ia memang “tidak tahu” tentang “Kebijaksanaan” (yang datang dari Allah).
Dalam ketidaktahuannya, ia gigih terus mencari “Kebijaksaan” tersebut.
Yesus bin Sirakh secara konsisten terus mencari “Kebijaksanaan” melalui Taurat.
“Hatiku memperjuangkan kebijaksanaan, dan dengan teliti kulaksanakan Hukum Taurat. Tanganku telah kuangkat ke surga, dan aku menyesal karena kurang tahu akan dia. Hatiku telah kuarahkan kepada kebijaksanaan, dan dengan kemurnian hati telah kutemukan. Sejak awal mula kuikatkan hatiku padanya, dan karenanya aku tidak ditinggalkan.”
Pesan hari ini
Mudah untuk selalu mengatakan, “tidak tahu”, namun apakah benar tidak tahu atau sekedar pura-pura tidak tahu?
Tahu bahwa Yesus adalah Tuhan namun pura-pura tidak tahu?
“Iman adalah mempercayai apa yang tidak kamu lihat. Mereka yang tidak memiliki keyakinan, tidak ada penjelasan yang mungkin. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”