Bacaan 1: Zef 3: 14–18a.
Injil: Luk 1: 39–56.
DALAM struktur organisasi kantor, saya memiliki beberapa staf yang membantuku untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dari sekian banyak, ada salah satu yang memiliki sifat kurang percaya diri.
Setiap diberi tugas, terlalu banyak memikirkan hal-hal yang kadang tidak perlu dipikirkan.
Hal ini tentu sangat menghambat pekerjaan, karena sulit menerima masukan. Selalu memikirkan, “…kalau nanti terjadi begini, bagaimana?”
Rasa kuatir berlebihan dan selanjutnya cenderung tidak terbuka pada pemikiran yang konstruktif membuatnya ketinggalan lokomotif teamwork.
Mengakhiri bulan Mei sebagai bulan Maria, Bunda Hawa yang baru. Hawa yang artinya ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living”.
Melalui Bunda Maria lahirlah Yesus Kristus yaitu “Jalan, Kebenaran dan Kehidupan”.
Maria sosok sederhana dan terbuka kepada rencana keselamatan Allah.
Bisa dibayangkan beban berat penuh resiko harus ditanggung Maria dengan hamil diluar nikah, hukumnya adalah rajam hingga mati.
Penuh risiko namun ia tidak pernah takut dan bertanya,
“…nanti bagaimana ya, kalau begini, begitu?”
Bahkan ia mampu menempuh perjalanan jauh mengunjungi saudarinya Elizabeth yang juga sedang mengandung (Yohanes Pembaptis).
Ia ingin berbagi sukacita dengan saudarinya melalui salam yang disampaikannya.
Ketika Elizabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elizabeth pun penuh dengan Roh Kudus.
Dengan kerendahan hatinya, Maria menyampaikan pujian kepada Allah yang tidak pernah ingkar janji. Allah yang akan hadir menolong umat-Nya Israel.
“…Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
Kehadiran Allah ditengah-tengah umat-Nya Israel, juga telah dinubuatkan oleh Nabi Zefanya.
“Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel. Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem. TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi.”
Beberapa kata-katanya muncul saat pemberitahuan kepada Maria yang akan menjadi ibu Tuhan. Maria yang mengandung Tuhan Yesus dikemukakan sebagai Yerusalem baru, model yang rendah hati dan sederhana.
Pesan hari ini
Mari meneladan Maria yang tidak pernah takut menghadapi segala resiko dalam hidup.
Maria yang rendah hati dan sederhana itu, terbuka terhadap rencana keselamatan Allah.
Maria percaya bahwa Allah senantiasa memberikan jalan.
“Allah tidak menjanjikan perjalanan yang tenang, tetapi pendaratan yang aman. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”