Reportase Long March Menjemput Keadilan demi Keutuhan Ciptaan

0
1,183 views

SEMARANG (17/11/2015) sesudah sarapan berdua dengan Romo Y. Sudarmadi Pr, saya, Romo Aloys Budi Purnomo Pr, mohon pamit kepada Romo Y. Sudarmadi Pr untuk berangkat ke Semarang dan bergabung dengan Mas Gunretno serta sedikitnya 200 orang yang sejak Minggu malam melakukan “long march” dari Sukolela, Pati menuju Semarang. Mas Gunretno dan rombongan “longmarch” sudah tiba di Semarang sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

Mereka beristirahat sejenak di Pendopo Museum Ronggowarsito atas koordinasi antara Gunreto, koordinator gerakan demi keutuhan Gunung Kendeng dengan Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng. Pendopo Museum Ronggowarsito ideal untuk transit agar paginya bisa melanjutkan “long march” menuju PTUN Semarang.

Malam sebelumnya, Lukas Awi Tristanto dan kawan-kawan muda kader Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang sudah menyambut rombongan dan menyediakan logistik untuk mereka. Paginya, Lukas Awi dan Sindajanty pun masih tampak sibuk menyediakan sarapan untuk rombongan dari Pati tersebut.

Menjemput keadilan

Sebagaimana disampaikan dalam press realese mereka, “long march” ini dijalani untuk menjemput keadilan menyambut putusan Pengadilan Tata Usaha Semarang tentang gugatan terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) PT. Sahabat Mulia Sakti (Anak Perusahaan PT. Indocement) yang akan dibacakan pada hari Selasa, tanggal 17 November 2015 ini.

Mereka ini adalah warga Pati dan Rembang.

Aksi jalan kaki ini merupakan sikap nyata warga dalam penyelamatan Pegunungan Kendeng dari ancaman pabrik semen. Gugatan Tata Usaha Negara diajukan warga pada 4 Maret 2015.

Warga menggugat izin AMDAL yang dianggap telah bertentangan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) serta Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 2641 Tanggal 16 Mei 2014 tentang Kawasan Benteng Alam Karst (KBAK) Sukolilo. Ancaman kerusakan lingkungan di kawasan Pegunungan Kendeng menjadi alasan penolakan warga terhadap pendirian pabrik semen sejak tahun 2006.

Proses “long march”

Setelah dibuka dengan upacara Lamporan, Minggu, 15/11/2015, pukul 17.00) di Omah Sonokeling, Sukolilo, Pati, maka proses “long march” ditempuh dengan langsung berjalan kaki menuju Kudus. Di luar dugaan sambutan oleh kelompok Spiritual Muria di Kudus. Suasana penyambutan yang di luar dugaan begitu semarak dengan lagu Indonesia Raya dan pemberian payung pada pukul 02.00. Mereka singgah di Padepokan Mbah Gareng di Undaan Lor, Kudus.

Dari Kudus mereka melanjutkan perjalanan menuju Demak. Di Demak istirahat tiga kali, pertama di Makam Sunan Kalijaga disambut kepala desa dan bahkan diberi makan dan minum oleh mereka. Kedua mereka istirahat di Polsek Demak. Lalu ketiga beristirahat di bengkel Pondok Qalbu.

Dari sana mereka melanjutkan perjalanan menuju Semarang dan tiba di Pendopo Ronggowarsito sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

Berita Longmarch 2
Para peserta long march dari kawasan Pegunungan Kendeng untuk upaya pelestarian lingkungan dan penolakan terhadap rencana pembangunan pabrik semen. (Ist)

Respon positif masyarakat

Di luar dugaan aksi ini direspon positif pula oleh sejumlah masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam menjemput keadilan bagi penyelamatan lingkungan di Pegunungan Kendeng. Mereka memberi dukungan dalam berbagai bentuk baik dalam hal logistik dan dorongan semangat. Itu diberikan dengan tulus kepada beberapa orang yang kemudian dipakai untuk kepentingan bersama.

Dari Museum Ronggowarsito ke Gedung PTUN Semarang

Sejak dar Sukolelo hingga Semarang proses “long march” menjemput keadilan demi keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan hidup utamanya di kawasan Gunung Kendeng ini berlangsung dengan aman dan damai. Aparat kepolisian pun memfasilitasi mereka dengan pengamanan yang baik.

Demikian pula saat Selasa (17/11/2015) pagi mereka melanjutkan “long march” dari Museum Ronggowarsito menuju gedung PTUN. Sejumlah aparat intel Polda tampak sigap dan akrab menyatu bersama warga yang jumlahnya kian banyak. Sejumlah mahasiswa dari Pati, UIN Walisongo dan UNES Semarang ikut bergabung.

Rombongan lain dari Pati dan Rembang yang menyusul rombongan “longmarch” sebanyak 30 truk dan bus mulai berdatangan untuk ikut “long march” dari Museum Ronggowarsito menuju gedung PTUN. Lebih dari 500 warga ikut dalam long march tersebut yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan orasi budaya oleh Gunretno, Romo Budi dan Gus Ubaid Ubaidillah (pengasu Pondok Pesantren Darul Ulum Pamutang, Rembang), serta pembacaan puisi dan musikalisasi puisinya Gufron.

Sepanjang perjalanan dinyanyikan lagu-lagu nasional Garuda Pancasila, Bagimu Negeri, Maju Tak Gentar dan Indonesia Pusaka dengan iringan saxofon Romo Budi. Lagu-lagu itu terus dinyanyikan di depan pintu gerbang gedung PTUN yang dijaga ketat oleh aparat kepolisian.

Apa pun hasil keputusan sidang, rakyat dan masyarakat Pati yang berjuang optimis memperoleh kemenangan bahkan bila keputusan sidang itu tidak memihak mereka. Andaikan kemenangan bukan pada keputusan sidang, kemenangan secara moral dan sosial sudah mereka alami untuk terus berjuang ke depan menjemput keadilan demi keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan di kawasan Kendeng.

Kemenangan ada pada gema pesan yang hendak disampaikan, dengan “long march” dari Pati menuju Semarang, warga tidak hanya berjuang, melainkan mengajak warga lain di Jawa Tengah untuk sadar adanya ancaman lingkungan yang akan terjadi, akibat berbagai rencana penambangan. Tentu saja, ini bukan hanya perjuangan warga Pati, melainkan perjuangan semua warga Jawa Tengah bahkan Indonesia untuk menjemput keadilan dan menjaga keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan hidup.***

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here