Representasi

0
362 views
Ilustrasi- Berdiri sendiri menikmati indahnya pantai. (Ist)

Renungan Harian
Rabu, 28 April 2021
Bacaan I: Kis. 12: 24-13:5a
Injil: Yoh. 12: 44-50
 
KETIKA awal-awal menjalani tahun orientasi kerasulan, saya diberi tahu romo rektor, kalau suster-suster dan beberapa umat yang kenal mengatakan bahwa frater sering kali kalau pergi pakai t-shirt. Menurut mereka, itu tidak pantas.

Dan hal yang kedua yang menurut mereka tidak pantas, beberapa kali frater terlihat duduk di pinggir pantai.
 
Mendengar teguran itu saya tidak senang. Karena menurut saya, tidak ada yang salah dan tidak ada yang saya langgar dengan cara saya berpakaian.

Saya lebih senang memakai t-shirt karena di Dili udaranya amat panas, sehingga lebih nyaman menggunakan t-shirt.

Hal kedua apa salahnya saya menikmati keindahan pantai di sore hari.

Pantai di Dili amat bagus, apalagi sore hari.
 
Romo rektor mengingatkan saya bagaimana pun juga bahwa saya adalah frater. Maka penampilan dan tingkah laku saya harus menampilkan citra seorang religous yang baik dan terhormat.

Apalagi bagi umat di Timor Timur (Timor Leste), kaum religius dianggap “manusia setengah dewa”.

Bagi umat di Timor-Timur, para religius harus menampilkan sosok Kristus.

Sejak saat itu kalau keluar rumah, saya harus pakai kemeja yang rapi dan menghindari hal-hal yang dianggap umat tidak pantas.
 
Pengalaman awal-awal masa tahun orientasi itu menjadi bekal bagi saya dan selalu terngiang hingga kini.

Setelah menjadi imam, tuntutan umat akan perilaku sebagai imam semakin tinggi.

Ada banyak hal yang bagi saya hal biasa, tetapi bagi umat dianggap tidak pantas dan menjadi sandungan.

Oleh karenanya, hal ini sering menjadi tegangan dalam diri saya. Sering saya mengatakan dalam hati: “Imam kan juga manusia.”

Atau sering saya membuat rasionalisasi: “Itu kan pendapat orang-orang tua yang punya pandangan kuno.”
 
Apa pun alasan saya, satu hal yang harus saya sadari, bahwa saya sebagai imam, yang berarti sebagai utusan harus merepresentasikan Dia yang mengutus aku.

Bahkan sering kali imam disebut sebagai “alter Kristus” (Kristus yang ‘lain’).

Belajar untuk selalu sadar dan menyadari perilaku agar lewat hidupku semakin hari semakin merepresentasikan Dia yang telah memanggil dan mengutus aku.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes: “Barang siapa percaya kepada-Ku, ia percaya kepada Dia yang telah mengutus Aku; dan barang siapa melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah dalam panggilan dan pengutusanku masing-masing, aku telah merepresentasikan Dia yang memanggil dan mengutus aku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here