KEGIATAN retret tahunan sudah menjadi kegiatan wajib bagi Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE). Apalagi tahun ini diselenggarakan, menjelang 100 tahun berdirinya Kongregasi FSE.
Kali ini, tema retret tahunan kami adalah “Menjadi Oase Penyembuh dan Penabur Harapan di Tengah Dunia Milenial”. Berlangsung 22-27 Juni 2020 yang lalu.
Sudah dirancang lama
Program kegiatan retret ini sesungguhnya sudah dirancang jauh sebelumnya, khususnya oleh Komunitas Kalimantan sekitarnya.
Namun pandemi covid-19 telah “mengacaukan” segalanya. Termasuk semua program acara yang telah diagendakan. Termasuk kegiatan retret tahunan yang sempat tertunda.
Pandemi ini sudah barang tentu lantas menimbulkan kekecewaan. Juga membuat kami ikut bingung dalam merancang kegiatan bersama. “Dulu ku tak tahu Tuhan, beratnya kurasakan. Tapi ku mengerti sekarang.”
Demikian ungkapan sebuah lagu rohani. Pernyataan ini semakin relevan dengan situasi kami selama masa pandemi ini.
Retret bersama Bapak Uskup
Hal ini juga tidak pernah terpikirkan. Retret tahunan ini akhirnya malah dipimpin oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF. Dan malah berlangsung di Wisma Keuskupan sendiri.
Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF dengan kerendahan hatinya berkenan mendampingi retret para suster FSE.
Jika tidak ada pandemi covid-19, tentu beliau memiliki kesibukan lebih dan kemungkinan tidak selalu siap ada di tempat. Dan kesempatan para suster FSE bisa beliau bimbing sebagai peserta retret tentulah sangat kecil kemungkinannya.
Jadilah blessing in disguise. Dapat rahmat di tengah suasana tak terkira sebelumnya. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi para suster FSE. Tahun ini, retret tahunan kami dibawakan oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Samarinda. Seluruh peserta mengakui, hal ini menjadi pengalaman pertama retret kami dibimbing oleh seorang uskup.
Wajib rapid test dulu
Sebelum memulai retret, Mgr. Yustinus menyarankan agar para peserta retret sebaiknya mengikut rapid test untuk menjamin protokol kesehatan dilaksanakan dengan tertib dan semuanya dalam kondisi sehat.
Selama retret berlangsung, semua wajib melaksanakan protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, tempat duduk tetap, dan ambil jarak dari lainnya berjarak satu meter. Baik di ruang pertemuan maupun ruang makan.
Dengan melaksanakan protokol kesehata selama pandemi covid-19 ini, maka semuanya menjadi merasa yakin dan pede hati untuk mengikuti retret bersama. Meski, dua kolega suster kami waktu itu masih mengalami cidera kaki dan masih dalam proses penyembuhan.
Namun, semangat mereka mampu mengalahkan keterbatasan fisik yang sedang dialami.
Oase baru
Retret menjadi sebuah kesempatan istimewa untuk menemukan kembali oase. Dengan itu, kami pun juga diharapkan bisa menjadi osae bagi sesama.
Kesempatan ini merupakan hal sangat berharga. Terutama cara Monsinyur membimbing kami. Ini sungguh menjawab kebutuhan yang kami harapkan bisa dialami sebagai relegius.
Lewat bimbingan beliau, kami berani membuka diri dengan mengungkapkan pergumulan kami masing-masing. Baik sebagai religius pada umumnya dan dalam pengalaman Hal ini karena beliau juga mengangkat contoh yang sangat riil. Bahkan pergumulan beliau sendiri.
Mgr. Yustinus selalu memberi kesempatan untuk sharing, sebelum memulai konferensi. Hal ini sangat meneguhkan dan semakin memampukan kami memahami dan menerima saudari-saudari sendiri.
Pada waktu tertentu beliau memberi kesempatan sharing kelompok, sehingga setiap pribadi mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pergumulannya.
Kami menyadari pengalaman retret tidak berhenti di tempat retret. Kami melanjutkan permenungan kami dalam hidup bersama dan karya pelayanan sekalipun ada acara penutupan retret. Yang dilanjutkan dengan foto bersama.