HARI terakhir Retret Ekologis dengan para peserta angota CU Sauan Sibarrung tanggal 13 Juni 2023 dibuka dengan penjelasan Kitab Suci tentang hubungan laki-laki dan perempuan. Juga tentang teladan Santo Fransiskus Assisi, dan makna pertobatan ekologis dalam Ensiklik Laudato Si’.
Dua narasi
Peserta diajak memahami bahwa ada dua narasi kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian.
- Kejadian 1:1- 2:4a yang ditulis tradisi para imam tahun 450 SM mengajak dan menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan sekaligus dengan sabda Tuhan.
- Kejadian 2:4b-25 yang disusun tradisi Yahwista tahun 850 SM menggambarkan laki-laki diciptakan lebih dulu dari debu tanah; perempuan diciptakan kemudian dari tulang rusuk laki-laki.
Kedua tradisi sama-sama mengimani bahwa yang menciptakan laki-laki dan perempuan adalah Tuhan sendiri. Lalu laki-laki dan perempuan diciptakan sebagai penolong yang sepadan.
Kejadian 3:1-24 tentang manusia jatuh ke dalam dosa adalah tentang bagaimana laki-laki dan perempuan bersama-sama digoda setan dan kemudian jatuh ke dalam dosa.
Tidak benar bahwa penyebab dosa adalah perempuan, karena ketika setan menggoda perempuan, laki-laki saat itu sedang ada bersamanya.
Janganlah ada sikap saling menyalahkan
Lewat Surat St. Paulus kepada umat di Efesus 5:22-33 diajarkan bahwa suami dan isteri punya kewajiban untuk saling mencintai; dilakukan dengan memberikan hidupnya bagi pasangannya.
Kalau mengikuti semangat Kristus dalam Surat St. Paulus kepada umat di Filipi 2:1-4, maka suami dan isteri dipanggil untuk menganggap pasangannya lebih penting dan lebih utama daripada dirinya sendiri.
Pendalaman makna kitab suci tentang hubungan laki-laki dan perempuan serta relasi suami istrei diperlukan sbg pengantar untuk jalan salib sangat khas Sapak Bayo-bayo yang merupakan jalan salib keluarga dan ekologi.
Peran dan teladan Santo Fransiskus dalam Laudato Si’ sangat penting utk dipahami agar peserta tergerak mengikuti teladan kesederhanaan dan keselarasan Santo Fransiskus Assisi dengan Tuhan, sesama, dan alam semesta.
Pendalaman materi tentang pertobatan dalam Laudato Si’ juga sangat penting karena saat rumah kita bersama semakin rusak, maka diperlukan pertobatan ekologis yang utuh, menyentuh batin, global, dan komunal.
Tidak cukup pertobatan individual.
Sekitar pukul 1030 WITA, kami mulai jalan salib dengan teks khusus yang disiapkan pak Michael Andin yang sangat bernuansa keluarga dan ekologi. Yang memimpin bergantian.
Di beberapa stasi masih ditambahkan refleksi yang dibuat peserta tentang tanah, air, udara, hutan, sampah, keanekaragaman hayati, dan rokok.
Berkali-kali di berbagai stasi peserta diajak merenungkan peran orangtua -khususnya ibu dan peran para perempuan- dengan tidak melupakan peran ayah atau suami.
Sebagian peserta tidak bisa menahan tangis mereka.
Pohon kluwek atau kepayang
Kami juga diajak untuk merenungkan hubungan jalan salib dengan berbagai kondisi ekologis, alam, dan budaya.
Misalnya ada renungan tentang pohon pangi atau kluwek (Jawa: kluwak) atau kepayang yang ada di sepanjang jalan salib yang memberikan seluruh dirinya untuk manusia.
- Dalam konteks budaya peserta diajak merenungkan makam leluhur yang ada di lokasi jalan salib sebagai wujud hormat terhadap orangtua.
- Dalam konteks alam peserta diajak memahami usia gua dan bukit karst serta stalaktit dan stalakmit yang ada di sepanjang jalan salib yang menggambarkan kesetiaan.
Teks jalan salib yang disusun pak Michael Andin sangat menyentuh hati para peserta. Cukup banyak yang menangis merenungkan kehidupan dan jalan salib yang harus mereka jalani.
Tepat pukul 12.00 WIB -ketika matahari masih sangat terik dan panas- kami berhenti di stasi 12 merenungkan Yesus yang wafat di kayu salib.
Para peserta menyatukan seluruh penderitaan dengan penderitaan Yesus yang setia sampai mati disalib.
Stasi 14 berupa gua alam tempat makam Yesus yang bersambung dengan gua lebih besar sebagai stasi yaitu kapel Yesus yang bangkit. Para peserta sungguh merasakan kebangkitan bersama Yesus.
Pembaharuan janji baptis, menceburkan diri ke kolam
Jalan salib diakhiri dengan pembaharuan janji baptis seluruh peserta di sungai alam yang ada di Sapak Bayo-bayo yang bagi banyak peserta dirasakan seperti Sungai Yordan tempat Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Sesudah Bersama-sama mengucapkan Syahadat Para Rasul dengan lantang tiap peserta membaharui Janji Baptis dengan baptis selam yaitu ditenggelamkan ke dalam air sebanyak tiga kali.
Bagi banyak peserta pengalaman pertobatan lewat jalan salib yang diakhiri pembaharuan Janji Baptis menjadi pengalaman hidup baru yang sungguh memberi semangat, kelegaan dan kebahagiaan.
Hidup lama dibersihkan dan ditinggalkan.
Ada niat yang kuat untuk hidup baru dan mengajak keluarga dan banyak orang lain untuk melakukan pertobatan ekologis dan hidup baru merawat rumah kita bersama yakni Taman Eden.
Taman itu telah diciptakan Tuhan dengan baik dan kemudian diserahkan bukan untuk dikuasai, tapi untuk dirawat dengan kasih.
Rencana bertindak: Community Supported Agriculture
Retret ditutup dengan tiap kelompok peserta dari daerah yang sama membuat rencana aksi. Pada umumnya akan mengadakan pertemuan atau kunjungan kepada anggota CU dan paroki di daerah mereka masing masing utk menyampaikan materi retret ekologi.
Juga ada rencana aksi membersihkan sampah, membuat kompos, pelatihan petani, bahkan ada yang akan memulai gerakan Community Supported Agriculture yaitu koperasi pangan lokal dan organik kerjasama petani dengan konsumen.
Di akhir retret para peserta memeluk pohon atau menyapa pohon untuk berterimakasih kepada Tuhan atas seluruh pengalaman retret dan pamit kepada alam semesta untuk pulang ke rumah masing masing. Kali ini, mereka pulang dengan semangat dan hidup baru ekologis.
Merawat alam semesta
Retret diakhiri dengan misa penutup yang menegaskan bahwa manusia dipanggil bukan hanya untuk merawat relasi dengan Tuhan dan sesama namun juga dengan alam semesta.
Greta Thunberg mengingatkan bahwa waktu kita untuk menyelamatkan kehidupan hanya tinggal tujuh tahun atau sampai 2030.
Kita seolah sedang bunuh diri massal bila tidak peduli dan terus merusak bumi dengan perilaku hidup yang tidak ramah lingkungan. Janganlah terlambat untuk melakukan pertobatan ekologis.
Misa penutup dihadiri juga 80 guru dari Sekolah Ursula Bumi Serpong Damai Tangerang yang sedang ziarah dan rekreasi di Toraja selama tiga hari.
Mereka juga mengadakan jalan salib di kompleks Sapak Bayo-bayo.
Sebagian guru Santa Ursula Serpong, Tangsel, juga pernah mengikuti pelatihan kesadaran baru hidup ekologis di Eco Camp Bandung. (Berlanjut)
Baca juga: Tana Toraja, Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret Sapak Bayo-bayo dalam Kilasan Sejarah (6)