RETRET Ekologis tanggal 11-13 Juni 2023 yang diadakan CU Sauan Sibarrung kali ini diikuti 28 aktifis CU. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Makale, Rantepao, Rantetayo, Mengkedek, Pare-pare, Luwu, Palopo, dll. Juga berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan.
Pada malam pertama, para peserta diajak untuk memahami semangat Katolik yang baru sebagaimana diajarkan Paus Fransiskus.
Pada umumnya, peserta dibaptis sejak bayi. Hanya ada dua orang ibu dibaptis Katolik sesudah dewasa; dari semula anggota Gereja Kristen lain dan menjelang pernikahan dengan calon suami yang beragama Katolik.
Ketika ditanya apakah sudah membaca berbagai dokumen yang dipublikasikan Paus Fransiskus, mereka umumnya belum membaca; sehingga tidak mengetahui isinya.
Gereja RS Lapangan
Peserta retret diajak memahami Gereja macam apa yang diharapkan Paus Fransiskus yaitu Gereja yang seperti rumah sakit lapangan atau field hospital church. Karena, dunia saat ini sedang terluka parah.
Lewat Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus mengajak kita bukan hanya membuka jendela atau pintu. Melainkan bahkan melangkah keluar pintu untuk menuju tempat yang becek kotor berlumpur yaitu melayani masyarakat yang menderita dan alam semesta yang rusak karena ulah manusia.
Lewat Laudato Si’, Paus Fransiskus mengajak kita merawat bumi yang bagaikan ibu kita yang sedang dirusak oleh manusia yang tidak bertanggungjawab.
Lewat Fratelli Tutti, Paus Fransiskus mengajak kita jangan hanya lewat di seberang jalan ketika ada saudara kita yang dirampok dan dianiaya. Saudara itu bukan hanya sesame, tapi juga alam semesta.
Lewat Gaudette et Exsultate, Paus Fransiskus mengajak kita menjadi “orang kudus” dalam kehidupan sehari-hari.
Sesudah memahami berbagai dokumen Paus Fransiskus, para peserta semakin memahami semangat Katolik yang baru yang diajarkan Paus Fransiskus.
Menjadi Katolik bukan hanya berarti mengikuti kehendak Tuhan dan melayani sesama, melainkan juga dipanggil untuk ikut merawat rumah kita bersama.
Dosa ekologis
Ada juga dosa ekologis, yaitu ketika kita menyakiti dan merusak bumi dengan tindakan kita yang tidak bertanggungjawab. Tidak banyak orang mengaku dosa, karena sering membuang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa menanam kembali, mendukung atau membiarkan pemakaian pupuk, pestisida dan herbisida yang merusak kesuburan tanah.
Di hari kedua, para peserta retret diajak untuk membangun kesadaran ekologis dengan melihat kondisi tanah, air, udara, hutan, keanekaragam hayati, sampah, dan rokok.
Pada umumnya, dampak model pertanian yang menggunakan pupuk, pestisida dan herbisida kimia sintetis maka kondisi tanah, air, dan udara makin tercemar dan rusak.
Tanah kehilangan kesuburannya. Makin sulit mencari air bersih utk minum, mencuci, dan pertanian. Keanekaragaman hayati semakin menurun dengan semakin berkurangnya kupu kupu, elang, burung hantu, capung, cacing, dan berbagai bakteri yang menjadi ciri tanah yang subur.
Sampah dari limbah pertanian kimia sintetis dan sampah plastik semakin melimpah ruah tak dikelola dengan baik. Makin banyak orang merokok tanpa peduli kesehatan.
Dalam setahun belanja rokok Rp 400 trilyun, impor pangan Rp 126 trilyun, nilai impor tembakau lima kali lipat nilai ekspor tembakau, nilai makanan yang dibuang Rp 17 trilyun yang bisa memberi makan 28 juta penduduk miskin, dll.
Berbagai kerusakan lingkungan hidup tersebut menyadarkan para peserta untuk membuka pikiran memahami kerusakan bumi saat ini, menyentuh hati untuk mencari sebab, dan menggerakkan kehendak untuk mencari alternatif solusi untuk bumi yang lebih sehat.
Jalan Salib Ekologis
Retret hari ketiga akan diisi Jalan Salib Ekologis dan Pertobatan Ekologis serta Pembaharuan Janji Baptis untuk hidup lebih ekologis dan sanggup ikut berjuang untuk merawat rumah kita bersama. (Berlanjut)
Baca juga: Retret Ekologis di Pusat Ziarah Sapak Bayo-bayo di Sangalla Tana Toraja (1)