NAMANYA dulu adalah Cursus Probatorius (CP). Ini adalah sebutan untuk menandai angkatan masuk di Seminari Mertoyudan – dalam usia yang masih sangat muda.
Mereka baru menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Artinya, bagi para eks-seminaris dengan label CP, mereka telah mengawali perjumpaan mereka di Seminari Mertoyudan sejak dini, dengan kisaran usia 12+ tahun.
Untuk CP63, di tahun 2023 ini, mereka telah mengarungi perjalanan sepanjang 60 tahun. Dengan rerata usia 72 tahun, mereka telah mencatatkan beragam kisah, dengan keunikannya masing-masing.
IASM (Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan)
IASM (Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan) diundang, hadir dan terlibat dalam kegiatan reuni CP63 di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM), 17-19 Juni 2023.
Pada tanggal 6 Juni 2023, Sekretaris reuni, Mas Stephanus Widiharto, mengirim pesan via WA, “Kami bermaksud mengundang Ketua IASM beserta salah satu stafnya untuk hadir dalam reuni tersebut.”
Berdasarkan undangan itu, Ignas Bagus (KPA93) dan saya sendiri, menyempatkan hadir dalam acara reuni ini.
42 peserta konfirmasi hadir
“Sebenarnya, kami sebagai panitia sudah merasa pesimis. Apakah nanti akan banyak yang bisa hadir dalam reuni kali ini? Mengingat bahwa kita semua sudah sepuh, rapuh, dan ampuh,” sapa Mas Stephanus Widiharta di pembukaan acara.
Dalam list terakhir yang dibagikan, tercatat ada 42 yang konfirmasi akan hadir. Tercatat ada 13 ibu-ibu peserta (pasangan hidup).
Dalam sambutan singkatnya, Romo Ageng Marwata SJ mengenang, “Waktu masuk pertama, kita semuanya berjumlah 100-an orang. Dalam satu semester pertama, sudah gugur 30-an. Ini kesempatan luar biasa untuk saling berjumpa setelah 60 tahun berlalu.”
Dalam perannya sebagai Ketua Reuni, Sri Hartono menyampaikan pesan bahagia.
“Waktu saya ditunjuk sebagai Ketua Panitia, saya langsung menyanggupi. Saya sedang berbahagia. Dan saya ingin kita semua juga menjadi bahagia juga dalam reuni ini.”
Rapi, detil, namun fleksibel
Kegiatan reuni CP63 ditata sangat rapi. Detail informasi peserta, pembagian ruangan, penjadwalan, dan siapa yang bertanggungjawab untuk suatu kegiatan tertentu. Acara dibuat ringan, santai, dan fleksibel, dengan melibatkan pihak eksternal yang profesional.
Dalam acara ice-breaking, diundang tiga orang yang berprofesi untuk membuat suasana cair.
Ada rangkaian permainan, yel-yel, kompetisi antar kelompok, nyanyian. Dengan demikian, acara ice-breaking berjalan dengan luar biasa menghibur.
Kehadiran tiga professional untuk menciptakan dinamika reuni menjadikan suasana segar. Tidak ada jarak. Di sela-sela celotehan Mas Widiharta dan Mas Gamber. Suasana segar yang penuh keakraban benar-benar sangat terasa.
Acara syering angkatan direncanakan berlangsung dalam waktu 60 menit, dengan tiga segmen yang berbeda.
- Segmen pertama diisi oleh Mas Budi Iswanto, pensiunan Dosen Widya Mandala Surabaya.
- Segmen kedua diisi oleh Mas Hadjar Utomo, yang mengangkat kehidupan keluarga.
- Segmen terakhir bersama Mas Sri Martono, dengan tema mengisi kehidupan.
Sejumlah kegiatan disesuaikan dengan kondisi peserta. Rencana doa completorium yang direncanakan jam 21.30 diajukan menjadi jam 20.30. Malam keakraban yang direncanakan jam 19.00–22.00 harus dipotong dan dihentikan pada pukul 21.10. Ada kelenturan.
Paseduluran saklawase urip
“Suami saya sudah meninggal. Saya sebagai janda sangat senang, diajak untuk bisa ikut acara ini,” seorang ibu berkata – saya tidak sempat menanyakan identitasnya.
Sang Ibu ini tiba-tiba meraih tangan saya waktu menuruni tangga. Tanpa ragu. Tanpa rasa sungkan. Dalam usianya yang ke 70+, beliau masih merasa perlu untuk terlibat dengan teman-teman almarhum suaminya.
Ada kerinduan untuk bersama. Berbagi cerita.
Reuni CP63 merengkuh keluarga. Bahkan saat alumnus yang sudah berpulang pun, tali silaturahmi di angkatan ini tidak putus.
“Inilah kami. Semoga kalian tidak bosan dengan kami-kami yang sudah tua ini,” pesan Tjuk Rijanto. Mantan pesebakbola aandal di seminari ini tinggal tidak jauh dari PPSM.
Suasana penuh penerimaan menjadi sangat terasa.
“Kamu siapa?” itu sapaan lembut dari Romo Iwan Murdaja. Beliau adalah kakak kandung dari Romo Riyo Mursanto SJ, mantan Provinsial Jesuit (sebelum Romo Sunu).
“Aku senang kalian hadir di sini,” kata Romo Iwan sambil tersenyum.
Diiringi permainan organ tunggal, para peserta reuni membuat lingkaran, dan menyanyikan lagu Kemesraan, Kapan-kapan (Koes Plus), dan Sayonara.
Acara malam keakraban menghadirkan suasana hangat dan penuh syukur.
Markus Budiraharjo
Ketua IASM
Kalasan, 19 Juni 2023