Revolusi Bait Allah

0
676 views
Ilustrasi - Bait Allah. (Ist)

Puncta 18.11.22
Jumat Biasa XXXIII
Lukas 19: 45-48

BAIT ALLAH atau Beit Adonai adalah Rumah Allah yang dibangun di Yerusalem. Bait Allah dimana Yesus sering mengajar adalah bangunan yang pada awal mulanya didirikan oleh Raja Salomo abad 10 SM.

Bangunan ini untuk menggantikan Kemah Suci tempat menyimpan Sepuluh Perintah Allah.

Bangunan pertama dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 586 SM dibawah kuasa Nebukadnezar. Sesudah pembuangan dari Babel, ada usaha membangun kembali Bait Suci dibawah pimpinan Zerubabel keturunan Daud pada tahun 515 SM.

Perang dengan Raja Antiokhus Epiphanes dari Yunani mengakibatkan kehancuran Bait Suci pada tahun 167 SM.

Yudas Makabe merenovasinya kembali pada tahun 164 SM. Kemudian Raja Herodes memperluas Bait Suci ini sehingga menjadi pusat peribadatan orang Yahudi.

Bait Suci inilah yang menjadi saksi hidup ketika Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang. Sebelum nanti dihancurkan oleh tentara Romawi dibawah JendrEal Pompei yang menyerbu sampai di Mesir mengalahkan Ratu Cleopatra.

Mengapa Yesus marah dan mengusir para penjual binatang korban dan penukar uang?

Di halaman Bait Suci diperjualbelikan hewan kurban bagi para peziarah yang datang dari jauh. Harga binatang itu bisa dimainkan berlipat ganda.

Di situ ada calo, ada imam yang berkuasa menentukan layak dan tidaknya binatang kurban. Ada mafia yang membuat aturan bagi para pedagang.

Ada juga money changer karena uang yang beredar berasal dari mana-mana. Sedang uang pajak yang diakui adalah mata uang Yahudi.

Selain kepentingan agama, sangat kuat juga kepentingan pebisnis. Para imam mengambil keuntungan dari otoritas religiusnya. Jangan heran kalau ada praktek korupsi di Bait Suci. Ada koruptor berkedok kesalehan dan kesucian.

Kemarahan Yesus tentu bukan sekedar karena rumah doa berubah menjadi sarang penyamun. Tetapi ada makna simbolis dari tindakan itu.

Pertama, Yesus menunjukkan kuasa-Nya sebagai Anak Allah yang berkuasa penuh atas rumah Bapa-Nya. “Jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.”

Makna kedua, Yesus melakukan tindakan kenabian. Ia sedang menubuatkan Diri-Nya sebagai Bait Suci yang baru.

Dalam Injil Yohanes, Ia berkata, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.”

Pernyataan yang menantang ini menubuatkan Diri-Nya sebagai Bait Allah, tempat perjumpaan manusia dengan Tuhan.

Kalau kita berdoa di Gereja, apakah kita sungguh memberi waktu secara istimewa untuk bertemu Tuhan, atau kita masih sibuk berpikir untung rugi seperti berdagang?

Cinta akan rumah Tuhan, yang adalah Bapa kita, menyadarkan kita untuk melakukan semua tindakan pelayanan pastoral secara tulus.

Gereja bukanlah tempat orang berhitung untung-rugi ibarat pedagang atau upah-jasa seperti buruh upahan.

Rumah Tuhan adalah rumah perjumpaan orang yang hendak berdoa, bercengkerama dengan Tuhan secara terbuka. Gereja adalah tempat pertemuan seorang anak dengan Bapanya yang sangat baik dan murah hati.

Pagi-pagi sarapan roti dan minum kopi,
Sambil menikmati gemericik air di kali.
Ketemu Tuhan tidak berpikir untung rugi,
Berdoa pada Tuhan untuk berwawan hati.

Cawas, merombak cara berdoanya…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here