SELAMAT jalan Ibu Agnes Sri Haryati Martoyo, teladan para perempuan anggota WKRI.
Telah kembali kepada Bapa di surga, saudara kita: Ny. Agnes Sri Haryati Martoyo dalam usia 93 tahun. Mendiang Bu Sri Haryati Martoyo dulu pernah menjabat Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) era tahun 70-80an.
Bu Sri Martoyo, demikian panggilan akrabnya, menurut katekis-jurnalis senior St. Tartono adalah pengurus organisasi wanita Gereja di generasi sepuh. Dilakoni bersama Bu Sim (Simatupang), Bu Mujiyo -ibunda Romo Baroto OSC- Bu Sumantri, Bu Darman Sujati, dkk. Terjadi di lingkup wilayah DIY.
Dosen dan kolomnis Pak Tukiman Taruno Sayoga bersaksi demikian. “Saya titip bela rasa duka, tolong sampaikan via Mas Haryanto. Semua adiknya Romo Martana saya kenal. Bu Agnes (Sri Martaya) sewaktu saya jadi imam di Paroki Bintaran, terkesan sebagai ibu yang sangat rajin dalam hampir semua aspek kehidupan umat.”
Ucapan belarasa dan doa juga datang dari negeri seberang. Beberapa pesan alumni Fakultas Teologi Wedhabakti, Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan (IKAFITE) ini dihimpun oleh mantan seminaris SMM Mas Ardian Wicaksono dari Bali tertulis testimonial seperti ini.
Secara khusus, Pater Jenderal MSF di Roma, Romo Ag. Purnama MSF melantunkan doa. “Doa untuk bahagia abadi Ibu Agnes Sri Haryati Martoyo. Ingat suatu saat bersama almarhum Romo Martana Pr, almarhum Romo Harda SJ, kami mampir rumah mereka. Kedua orangtuanya saat itu masih sugeng.”
Mantan seminaris SMM, Yohanes Haryanto, menimpali pesan itu: “Selama di asrama Seminari Mertoyudan dan,sepulang dari liburan di ndalem Gunung Ketur, Pakualaman, almarhum Romo Martana Pr selalu membawa sambal dapur buatan ibundanya yang sungguh nikmat dalam jumlah yang cukup banyak. Mencukupi bagi kami teman-teman semeja-makan dan kiri kanan.”
Riwayat keluarga
Mendiang Bu Sri Martaya menikah tahun 1954; dipersunting oleh Yoannes Baptista Aloysius Fransiskus Martoyo, dosen Fakultas MIPA-UGM. Pengajar yang amat bersahaja dan rendah hati, seangkatan mendiang Prof. Herman Yohanes. Pasutri ini tinggal di ndalem tabon Simbah Prawirataroena.
Inilah komplek rumah di mana dibesarkan pula paman dan tante yaitu para biarawan-biarawati pertama Indonesia itu. Letaknya satu blok dengan rumah Prof. Mubyarto; di sebelah Puri Keraton Pakualaman.
Soal rumah. Suatu kali ayah penulis Marhadi, bertanya pada mendiang Bu Sri Martaya. Kenapa dosen UGM kok tidak mau tinggal di rumah dinas Sekip atau Bulaksumur?
Kang Taya, nama akrab di kalangan kerabat menjawab, “Rumah dinas itu buat dosen-dosen muda saja. Kasihan. mereka kan belum punya rumah.”
Kita jadi mahfum. Teladan generasi Bapak Sri Martaya.
Kita jadi mahfum. Teladan dari generasi Bapa Sri Martaya. Bahkan Rektor UGM mendiang Prof. Herman Yohanes pun dibangunkan rumah hasil iuran para anak didiknya. Penghargaan atas sebuah pengorbanan demi dedikasi para dosen sepuh. Beyond call of duty.
Mendiang Ny. Sri Martoyo adalah adik kandung alm. Romo Hardawiryana SJ dan kakak kandung Romo Hardaputranto SJ. Punya adik bungsu bernama Hardiyanto (alm) yang pernah menjabat direktur televisi RCTI era awal.
Requiem dan pemakaman
- Bu Sri meninggal hari Selasa, 5 Maret 2024, pukul 05.40 WIB dalam usia 93 tahun. Jenasah disemayamkan di Rumah Duka RS Panti Rapih, Jogja.
- Misa Requiem dilangsungkan hari Selasa, 5 Maret 2024, pukul 18.00 WIB.
- Pada hari berikutnya, misa tutup peti dilakukan pada Rabu, 6 Maret 2024, pukul 09.00 wib.
- Selanjutnya jenasah akan diberangkatkan dari rumah duka RS Panti Rapih, Rabu, 6 Maret 2024, pukul: 10.00 wib menuju pemakaman keluarga Pepe Muntilan persis di sebelah SMAvVan Lith & Makam Romo Sanjaya.
Mendiang Bu Agnes Sri Martoyo dikaruniai sembilan anakt yaitu:
- Romo Fransiskus Asisi Martana Pr (alm), imam diosesan KAS legendaris. Almarhum dulu pernah menjadi pamong untuk para seminaris. Almarhum selalu membuka hati dan tangannya selama 24 jam bagi seminaris. Pun kepada umat, bila membantu pastoral di paroki. Romo Tana suka bersandal ban bekas dan membawa tas goni. Almarhu adalah mentor musik yang amat bersemangat dan dicintai murid- muridnya.
- Yosep Robertus Maria Utomo, dosen fakultas MIPA UGM. Menekuni salah satu bidang kajian langka yaitu sinar laser.
- Benedictus Richardus Maria Susanto (alm.), kakak ragil dari si bungsu Kristi. Beni adalah peserta beasiswa Kemenristekdikti yang meninggal kecelakaan di California tahun 1989 silam.
- Elizabeth Adriana Maria Kristianti alias Kristi, alumnus Fisipol UGM, yang selalu setia menunggui sang ibu di rumah Gunung Ketur, Pakualaman hingga akhir hayatnya di Jogja.
Selain mereka ada mendiang Margaretha Maria Emma Murniati, Yohana Theresia Maria Astuti, Agnes Veronica Maria Mawarni, Angeline Constantina Maria Winarsih, dan satu putera lelaki lain Albertus Fransiskus Maria Pranoto. Seperti sang ayah, kebanyakan mereka berkarya di dunia pendidikan selain di sektor swasta.
Simbah buyut putri mendiang Ibu Sri Martoyo telah dikaruniai 10 cucu dan 5 cicit hingga akhir hayatnya. Penulis masih ingat. Di sela kesibukan sebagai pucuk pimpinan organisasi wanita, beliau masih sempat menyiapkan makanan. Bukan cuma buat ke-9 putera-puterinya. Juga buat kami para ponakan.
Diberikan kepada kami, saat transit sepulang sekolah di SD Sang Timur Sentul atau SD Marsudirini Senopati Jogja; sebelum pulang ke Gejayan Sleman. Lauknya selalu semarak. Pasti ada sayur atau sopnya. Nikmat sekali…
Selamat jalan, Bu Sri Martoyo. Paripurna, tuntas sudah. Selamat berkumpul kembali bersama Bapak Sri Martoyo, putera-puteri, dan cucu yang telah bersama Bapa di surga…
PS: Ditulis oleh Ben Antono (Marhadi), ponakan almarhum Bu Agnes Sri Haryati Martoyo. Penulis alumnus Seminari Menengah Mertoyudan angkatan tahun masuk 1987.
Baca juga:
- Teladan swargi Romo FA Martana Pr
- In Memoriam Ibunda almarhum Romo FA Martana Pr, kue dibuat dengan cinta.
Sosok ibu yang luar biasa. Keluarga yang luar biasa. Rip Ibu Sri Martoyo.
Kepada Pak Juan Sumampouw bersama Pak Dwikoratno dan tim kami haturkan banyak terimakasih. Telah berkenan mengabadikan teladan nilai-nilai beliau yang terus mengalir kepada putera-puterinya. Salah satunya dalam buku bagus MARTANA ya. Wasalve kembali!