KABAR sungkawa datang dari Ordo Serikat Jesus (Jesuit) Provinsi Indonesia (Provindo).
Telah meninggal dunia dengan tenang karena lanjut usia dan sakit: Romo F. Danuwinata SJ di RS Elisabeth Semarang, Pkl. 09.40 WIB.
Baca juga:
- In Memoriam Romo F. Danuwinata SJ, Hidup Sederhana dan Keukeuh dalam Prinsip
- Sabtu 27 Agustus 2016, Requiem untuk Romo F. Danuwinata SJ
Almarhum Romo F. Danuwinata SJ pernah menjabat Provinsial SJ era tahun 1989-1990 dan di tengah masa pemerintahannya tiba-tiba memutuskan mengundurkan diri sebagai pemimpin Provindo. Saat itu, salah satu alasan yang membuat Romo Danuwinata SJ mengundurkan diri sebagai Provinsial Provindo adalah kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan harus banyak berpergiaan karena ada tumor di bagian perutnya.
Petisi 50
Kiprah Romo F. Danuwinata di jagad perpolitikan Indonesia tercatat dengan tinta emas, ketika sebagai Rektor Unika Atma Jaya di Jakarta berani ‘menolak’ tekanan Pemerintah Orde Baru. Waktu itu, alm. Romo Danu bersikeras tidak mau tunduk pada paksaan yang menyuruh dia agar segera memensiunkan dini dosen Unika Atma Jaya di Jakarta yang telah ikut menandatangani naskah Petisi 50.
Salah satu alasan ‘penolakan’ Romo Danuwinata untuk tidak mau memensiunkan dosennya yang terlibat dalam gerakan Petisi 50 adalah karena keputusan ikut menandatangani Petisi 50 itu merupakan suara ‘moral’ seorang warga negara yang peduli dengan nasib bangsanya. Petisi 50 antara lain ditandatangani oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Letjen (Purn.) Mar. Bang Ali Sadikin, mantan KSAD Jenderal TNI (Purn) AH Nasution, mantan Kapolri Jenderal (Pol) Hoegeng Imam Santosa, mantan PM Burhanuddin Harahap dan mantan PM Mohammad Natsir, serta Chris Siner Key Timu.
Petisi 50 adalah sebuah dokumen menentang kebijakan politik Presiden Suharto waktu itu yang menggunakan Pancasila untuk menggebuk lawan-lawan politik yang mengkritisi pola pemerintahannya. Petisi 50 dirilis di Jakarta pada tanggal 5 Mei 1980 dan disebut “50” karena ditandatangani oleh 50 orang.
Atas ‘kekerasan hatinya’ tidak mau tunduk pada paksaan harus bersedia memensiunkan salah satu dosennya yang telah ikut menandatangani Petisi 50 itu, akhirnya almarhum Romo F. Danuwinata SJ harus melepas jabatan rektornya di Unika Atma Jaya di Jakarta. Peristiwa ini terjadi jauh-jauh hari sebelum dia dipercaya menjadi Provinsial SJ pada tahun 1989 menggantikan yuniormya Romo J. Darminta SJ.
Selepas dari tugas kepemimpinannya di SJ sebagai Provinsial, Romo Danuwinata mendapat tugas menjadi Rektor IKIP Sanata Dharma di Yogyakarta (1984-1988). Selang beberapa tahun lamanya, terjadi peralihan status Sanata Dharma dari yang semula sebagai lembaga pendidikan tinggi ilmu keguruan yang mendidik para calon guru andal menjadi lembaga pendidikan tinggi umum yakni universitas. Perubahan status ini terjadi pada tahun 1993.
Tongkat estafet kepemimpinan di USD berpindah dari tangannya tokoh awam katolik sebagai Rektor yakni Drs. A. Tutoyo. Barulah kemudian, pucuk pimpinan Sanata Dharma kembali dipegang imam Jesuit lagi yakni Romo M. Sastrapratedja SJ yang sebelumnya menjabat Ketua STF Driyarkara.
Di kalangan internal SJ, Romo F. Danuwinata SJ pernah menjadi Rektor Kolese St. Ignatius (Kolsani) pada era tahun sebelum 1990-an.
Di luar SJ, bersama alm. Drs. Frans Seda, alm. Romo Prof. Kuylaars Kadarman SJ, Mgr. FX Hadisoemarto O.Carm, Prof. Anton Moeliono, PS Swantoro, dan lainnya, alm. Romo F. Danuwinata SJ ikut membidani lahirnya Yayasan Bhumiksara. Inilah yayasan katolik nirlaba yang berkedudukan di Kampus Unika Atma Jaya di Jakarta yang terlibat aktif dalam gerakan coaching dan pembinaan kaum muda katolik yang diharapkan bisa menjadi pemimpin Gereja dan bangsa dengan integritas moral yang tinggi dan punya semangat nasionalisme yang kuat.