Rivalitas

0
208 views
Ilustrasi - Bersaing secara wajar dan adil. (Ist)

Renungan Harian
Sabtu, 8 Januari 2022
Bacaan I: 1 Yoh. 5: 14-21
Injil: Yoh. 3: 22-30
 
SEMUA aktivis di paroki tahu bahwa dua orang bapak itu diam-diam selalu bersaing, padahal mereka berdua adalah teman baik. Tidak ada yang tahu persis apa yang membuat mereka berdua harus selalu bersaing.

Beberapa orang yang telah mengenal mereka sejak mereka masih muda, merasa tidak aneh bahwa kedua orang itu selalu bersaing; karena sejak masih SMP mereka selalu bersaing.
 
Menurut mereka yang mengenal awalnya mereka selalu bersaing soal nilai dan aktivitas di sekolah. Kalau yang satu ikut kegiatan tertentu maka yang satu juga ikut kegiatan itu, kalau yang satu menjadi ketua salah satu kegiatan, maka yang lain menjadi ketua kegiatan yang lainnya.

Tentu semua bentuk persaingan itu dilihat oleh para guru sebagai hal yang positif, karena memacu mereka untuk selalu memberi yang terbaik.

Nampaknya apa yang telah terjadi sejak mereka sekolah terbawa hingga saat ini.
 
Pada awalnya persaingan mereka tidak menjadi permasalahan, karena sebagaimana para guru sekolah mereka, umat melihat bahwa mereka ingin selalu terlibat.

Dan dalam perjumpaan sehari-hari mereka tidak menunjukkan sikap yang saling berlawanan, mereka tetap bisa bekerja bareng dan juga dapat bercanda.

Artinya meskipun mereka bersaing, tetapi tidak menjadi permusuhan.
 
Akan tetapi tidak demikian dengan peristiwa pemilihan Wakil Ketua DPP. Ketika paroki mengadakan pemilihan Wakil Ketua DPP, sebagaimana biasa terjadi, panitia pemilihan meminta umat melalui lingkungan mengusulkan nama-nama yang dianggap mampu dan layak menjadi wakil ketua DPP.

Dari nama-nama yang diusulkan oleh umat mengerucut pada ke dua nama bapak yang bersaing itu. Dari dua nama itu terpilih salah satu dari mereka.
 
Saat mengetahui bahwa dirinya tidak terpilih, bapak ini menjadi “ngambek” dan tidak mau lagi terlibat dalam kegiatan paroki.

Ia hanya datang untuk ikut misa hari Minggu dan selebihnya tidak. Ia merasa bahwa dirinya lebih pantas daripada temannya itu.

Memang agak aneh dan kekanak-kanakan.
 
Ketika saya berkunjung ke rumahnya untuk menyapa, bapak itu mengungkapkan kekesalannya.

Ia merasa diabaikan, merasa tidak dihargai perjuangan dan pengabdiannya selama ini dan masih banyak hal.

Saya mengajak bapak itu untuk melihat sisi yang berbeda. Menjadi Wakil Ketua DPP bukan ukuran bahwa seseorang itu lebih hebat, karena semua itu adalah bentuk pelayanan.

Ada banyak bidang pelayanan yang membutuhkan tenaganya dan kemampuannya. Dan kesuksesan bukan diukur dengan dirinya sebagai apa, tetapi seberapa besar pemberian dirinya pada pelayanan.

Dan yang penting adalah apakah dengan pelayanan yang dijalankan membuat dirinya semakin mengalami Tuhan atau tidak.

Nampaknya apa yang saya katakan membuat dirinya menjadi sadar.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, Yohanes Pembaptis memberikan teladan dalam hal pelayanan: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here