BERIKUT ini nukilan curahan hati Romo Istoto Raharjo Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Semarang.
Sebuah ungkapan hati untuk mengekpresikan limpah terimakasihnya karena dia sekarang sudah sembuh dari penyakit Covid-19.
Bahkan sudah beberapa hari ini, Mois -demikian panggilan akrabnya- telah kembali bertugas pastoral mengampu Paroki Banyutemumpang di Blabag, Kabupaten Magelang, Jateng.
“Nyawaku selamat. Umurku bisa lebih panjang. Covid-19 ku berhasil sembuh. Terjadi ‘mukjizat’ kehidupan demikian. Semua ini berkat kebaikan banyak orang,” tulisnya kepada Sesawi.Net, Sabtu siang tanggal 21 Agustus 2021.
“Lebih dari itu semua, nyawaku bisa selamat antara lain berkat donor plasma darah. Dua buah kantong plasma darah konvalesen dari pendonor yang tidak saya ketahui namanya telah disediakan bagiku. Untuk menyelamatkan aku. Memperpanjang hidupku yang saat itu sudah ada di tubir jurang kematian. Mengisi hari-hari kritis dengan perasaan tidak menentu,” ungkapnya.
“Kepada para pendonor darah penyambung nyawa panjangku ini, saya mengucapkan limpah terimakasih. Juga atas doa-doa dari banyak orang. Tak lupa juga ungkapan syukur dan hormat atas dedikasi para dokter dan nakes RS Panti Rapih yang telah berperan menyelamatkan nyawaku,” tulisnya lagi.
Jangan pernah terpapar Covid-19
Coronavirus dengan Covid-19 itu sungguh ada.
“Saya sendiri telah mengalaminya. Benar-benar tidak enak, sakit, dan pedih hati kalau sampai pernah mengalaminya,” tulis Mois.
Coronavirus itu sungguh “jahat”. Daya dobraknya merusak tubuh manusia juga sangat dahsyat.
Virus mematikan itu punya kekuatan untuk “merusak” daya dan fungsi paru-paru manusia.
“Saya dibuat terkapar dan tak berdaya. Tak bisa bernafas, justru karena fungsi paru-paruku dirusak oleh virus ganas ini,” kisahnya.
Hari pertama, Mois masuk ke IGD, kondisi dan fungsi paru-paru masih baik. Penampakan paru-parunya juga masih sangat bersih.
Barulah di hari kedua usai dirawat di RS Panti Rapih Yogyakarta, virus corona itu sudah berhasil membuat buram penampakan paru-parunya.
“Hasil penyinaran Rontgen menunjukkan penampakan paru-paruku sudah mulai putih. Kondisi demikian ini -ditandai antara lain dengan susah payah untuk bernafas- saya alami selama 12 hari,” jelasnya.
Tidur tak nyaman dengan nafas ngos-ngosan tersengal-sengal ini terjadi kurun waktu 7-19 Agustus 2021.
“Itu benar-benar menyiksa dan membuat hidupku sudah berada di tubir jurang kematian,” kata Mois.
Mengerikan kalau ada penyakit bawaan
Dari pengalamannya sendiri akan “derita” sakit Covid-19, Mois berkeyakinan bahwa setiap penyakit ini punya “karakternya” sendiri pada pasien yang terpapar positif.
Masing-masing pasien mengalami dampak berbeda-beda. Sangat tergantung apakah pasien Covid-19 ini punya sejarah penyakit bawaan (komorbid) apa tidak.
“Saya mengalami krisis itu. Di hari keempat inap-rawat, saya mengalami masa kritis. Antara hidup dan mati. Badan panas menggigil dan terasa ngilu, sementara nafas tersengal-sengal ngos-ngosan. Tidak bisa bernafas secara nyaman normal itu sungguh menyiksa,” tulisnya.
“Saat-saat kritis tidak bisa bernafas itulah, saya merasa bahwa hidupku tidak akan lama lagi,” ungkapnya sendu.
Siap sigap
Pertolongan itu datang tepat pada waktunya.
“Tuhan kasih saya tim dokter dan perawat yang siap sigap merespon kondisi tubuh saya yang kian merisaukan,” paparnya kemudian.
Karena tingkat saturasi oksigennya sudah mengalami drop hingga 70 persen dari angka normal di atas 95, maka untuk mengurangi sesak nafas, para nakes dan dokter RS Panti Rapih langsung bergegas “menyelamatkan” peluang emas.
Pasang tabung oksigen.
“Kata para nakes yang merawat saya, saat itu tingkat saturasi oksigen sudah dalam posisi kritis. Namun, entah mengapa, Tuhan kasih saya umur panjang. Respon positif terjadi, ketika selang-selang dari tabung oksigen itu mulai dipasang,” jelasnya.
Persoalan belum selesai.
Nyawanya masih terancam. Butuh segera pasokan plasma darah konvalesen.
“Saya tidak tahu bagaimana prosesnya. Yang pasti, pihak RS Panti Rapih bersama Romo Yohanes Dwi “Santo” Harsanto Pr -Vikep Kategorial KAS- langsung bergerak cepat. Cari-cari donor plasma darah,” kenang Mois.
Info ringkas itu diedarkan di panggung medsos. Sesawi.Net juga merespon ajakan itu melalui kanal berita Katoliknya. Setelah mendapat konfirmasi dari Romo Santo Pr bahwa info ringkas itu benar dan valid.
Sehari dapat
Ini sungguh karya Tuhan yang tidak bisa dicerna dengan ilmu pasti. Kebaikan itu datang tepat pada waktunya.
Hanya dalam sehari, usai info ringkas soal permohonan donor plasma darah itu beredar di sosmed dan Sesawi.Net, Romo Santo Pr membawa kabar bungah.
“Akhirnya kami berhasil mendapatkan dua kantong darah,” tulis Romo Santo kepada Sesawi.Net hari Jumat pagi tanggal 13 Mei 2021 pada pukul 08.37 WIB.
“Dari pendonor umum. Anonim,” papar imam diosesan pengampu tugas Vikep Kategorial KAS ini.
Padahal beberapa jam sebelumnya, Romo Santo sempat cemas sekali. Kalau-kalau upayanya bisa “menyelamatkan” nyawa Mois ini gagal.
Hanya karena tidak berhasil menyediakan kantong-kantong donor darah.
“Sekarang ini sudah dapat belum?” tanya Sesawi.Net kepada Romo Santo hari Kamis (12/8) malam pukul 20:34 WIB.
“Waah belum je. Beberapa orang memang sudah berinisiatif langsung meluncur ke PMI Tegalgendu. Namun belum ada berita kepastian bisa tidaknya,” jawab Romo Santo dengan desahan panjang.
Tanda ikut gelisah.
“RS Panti Rapih juga sudah minta bantuan ke PMI Tegalgendu,” tulis Romo Santo kemudian, tepat pukul 20.54 WIB.
Beberapa menit kemudian, Sesawi.Net ikut merilis info mendesak soal kebutuhan donor darah untuk membantu upaya bisa menyelamatkan nyawa Romo Istoto Raharjo ini.
Kabar bungah
Beberapa jam kemudian, mukjizat kebaikan hati itu menyeruak muncul ke permukaan.
Hari Jumat pagi tanggal 13 Agustus 2021, Romo Santo Pr memberi kabar bungah itu.
“Romo Istoto sudah dapatkan donor dua kantong. Terimakasih,” tulis Romo Santo kepada Sesawi.Net.
“Matur nuwun. Benar, Mois sudah dapat donor darah. Datang dari publik yang tidak mau disebut namanya. Relawan yang benar-benar rela,” jelas Romo Santo.
Tiga hari kemudian, Romo Santo infokan kabar bungah berikutnya.
“Kondisi kesehatan Romo Istoto sudah stabil cenderung membaik,” tulisanya untuk menjawab keresahan banyak pembaca rubrik Pelita Hati di Sesawi.Net – renungan harian yang diampu Mois sejak beberapa tahun terakhir ini.
Respon baik
Merespon terjadinya donor plasma darah konvalesen terhadap dirinya, Romo Istoto hanya berujar pendek.
Hari-hari setelah dinyatakan sembuh, ia mengatakan demikian.
“Puji Tuhan. Segala persiapan dan pelaksanaan donor dapat berjalan dengan lancar dan tak ada kendala dan efek samping setelah donor,” tulisanya hari Sabtu siang tanggal 21 Agustus.
Tuhan, terimakasih
Pada kesempatan yang indah ini, Romo Istoto Raharjo secara terbuka dan publik serta tulus hati ingin mengucapkan beribu terimakasihnya kepada semua pihak yang telah terlibat berusaha dan berhasil menyelamatkan nyawanya.
“Terutama kepada pendonor plasma darah konvalesen sehingga bisa terkumpul dua kantong darah di PMI Yogyakarta,” tulisnya.
“Siapa pun itu, pemilik plasma darah yang telah menyumbangkan darahnya demi timbulnya asa dan perpanjangan nyawaku, saya ingin berterimakasih,” lanjutnya.
“Terimakasih juga kepada para sahabat Pelita Hati di jaringan Sesawi.Net yang konon juga bergerak cepat. Baik dengan doa-doa dan usahanya masing-masing untuk bisa mendapatkan donor plasma darah ini,” jelasnya.
“Terimkasih semuanya. Tuhan pasti tidak mengabaikanbudi baik dan kehendak baik Anda semua. Matur nuwun dan sekali lagi ya matur nuwun. Berkah Dalem,” pungkasnya.
Romo Istoto Raharjo Pr pernah berkarya sebagai tenaga imam “misionaris domestik” di wilayah pastoral Keuskupan Manokwari-Sorong di Papua Barat.
Selepas 11 tahun berkarya di Papua, kira-kira dua tahun lalu, Mois telah kembali ke wilayah pastoral Keuskupan Agung Semarang.
Lalu dikaryakan sebagai pastor pengampu Paroki Banyutemumpang di Blabag, Kabupaten Magelang, Jateng.
Catatan penting diberikan oleh dr. Irene Setiadi demikian.
Kesembuhan dari penyakit Covi-19 itu bukan karena hanya dua kantong plasma darah.
“Bahwa plasma yang mengandung pasive immunglobulin itu “bisa” membantu penyembuhan, hal itu benar. Walau juga tidak selalu benar,” tulisnya kepada Sesawi.Net.
“Banyak faktor yang bisa menyebabkan kesembuhan atau kematian karena Covid-19
Karena obat pasti dan yang juga patennya sampai sekarang belum ada, maka banyak yang kemudian mengklaim bermacam metode dan materi (obat, jamu, apa pun) itu bisa menyembuhkan,” tambahnya.
Gratia supplet.