MUNGKIN dua kata ini cukup mewakili apa dan bagaimana sosok almarhum Romo Wim van der Weiden MSF sebagai dosen Kitab Suci Perjanjian Lama (KSPL) di Fakultas Teologi Wedabakti Universitas Sanata Dharma (TFW USD) Yogyakarta dimana saya sebagai frater muda diosesan KAS pernah belajar. Sebagai mantan mahasiswanya di FTW USD dan tinggal di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, dua kata itu adalah semangat dan serba cepat.
Energi jiwa yang serba semangat dan ingin cepat (selesai) itu tampak misalnya dari cara almarhum Romo Wim berjalan. Beliau selalu berjalan kaki dengan irama cepat. Postur tubuh berdiri sangat tegak sempurna.
Kalau pas lagi mengajar di ruang kuliah, semangatnya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan tentang KSPL itu luar biasa. Suaranya sangat lantang; dari awal sampai akhir selalu ada pada posisi nada ‘tinggi’. Staminanya saat mengajar itu sungguh luar biasa.
Bagi saya dan tentu saja kolega para frater diosesan KAS dan keuskupan lainnya, sosok Rm. Wim adalah tipikal imam sekaligus dosen yang begitu energik. Yang menarik disimak, setiap kali mengajar KSPL, beliau selalu melakukan satu hal ini: menggambar peta Israel.
Jangan ngantuk
Kembali soal cara beliau berjalan kaki. Cara beliau berjalan itu menunjukkan kepribadiannya yang semuanya serba cepat dan bersemangat.
Karena saking semangat itulah, Romo Wim sangat tidak suka hati melihat ada frater atau suster mahasiswanya mulai ngantuk saat mendengarkan paparan kuliahnya. Begitu pula kalau ada suara kegaduhan atau saling mengobrol di ruang kuliah.
Menarasikan dalam hidup
Kisah tokoh-tokoh dalam KSPL diajarkan dengan penuh semangat dan hal itu dinarasikan dengan hidup. Di tangan Romo Wim, isi Kitab Suci yang kadang tidak bisa mudah dimengerti menjadi mudah dan gampang dipahami.
Ini saya lihat, misalnya, dalam buku karya beliau berjudul Setia Kendati Lemah. Dalambuku ini dikisahkan sosok Abraham atau Musa namun paparan cerita di dalam buku ini begitu hidup dan mudah dipahami.
Beliau senang sekali mengungkapkan kata-kata ini: “dipompa … dipompa…”. Dan kata-kata ini selalu dia ucapkan setiap kali menceritakan tokoh tokoh dalam Perjanjian Lama. Misalnya paparan beliau tentang k isah kebun anggur Nabot. Hal itu bisa dibeberan dengan ragam kisah menarik dan amat relevan dengan zaman ini.