“Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6, 58)
HARI ini banyak anak-anak yang berusia kelas 4 SD menerima Komuni Kudus di paroki masing-masing. Mereka berpakaian warna putih dan didampingi oleh orang tuanya. Untuk pertama kalinya, mereka menerima roti dan anggur dalam sebuah Perayaan Ekaristi. Ini merupakan sebuah peristiwa iman; sebuah peristiwa yang telah lama mereka inginkan dan rindukan, saat masih berusia kanak-kanak. Saat itu mereka ikut maju, namun tidak mendapatkan hosti; mereka maju dan menerima “komuni bathuk” yakni tanda salib pada dahinya.
Setelah peristiwa ini, mereka akan menerimanya kembali dalam kesempatan lain, seperti yang dialami oleh orang dewasa lainnya. Mereka ikut sebuah Perayaan Ekaristi dan menerima hosti kecil dari seorang imam atau prodiakon. Banyak umat beriman menerima hosti setiap hari di dalam Perayaan Ekaristi. Apa arti peristiwa ini bagi orang yang percaya?
Setelah komuni pertama, anak-anak berkumpul di aula dan mendapatkan bingkisan makanan kecil. Mereka pun menikmatinya dengan suka cita; bahkan beberapa anak segera pulang dan minta dibelikan makanan lain. Komuni Suci tidak membuat anak-anak kenyang dan puas. Komuni Suci memang bukan soal lapar dan haus; juga bukan soal kenyang dan puas. Komuni Suci bukanlah makanan pemuas lapar dan dahaga.
Apa yang dialami anak-anak juga dialami oleh umat beriman lain yang lebih dewasa. Bahkan mereka yang setiap hari menerima Komuni Suci selama bertahun-tahun, dirinya juga tidak berubah. Mereka tetap manusia biasa; tidak berubah menjadi rohaniwan atau spiritualis. Mereka masih mudah marah, kecewa, iri dan dengki, suka nggosip dan fitnah, tidak setia dan komit, masih sering ragu dan terombang-ambing. Komuni Suci memang bukan suplemen agar orang tetap sehat dan kuat; juga bukan multi vitamin yang bisa memperkuat daya tahan tubuh; juga bukan obat ajaib yang membuat orang berubah makin spiritual dan hidup baik.
Komuni Suci adalah tanda kehadiran Sang Guru, yang telah bangkit dan mulia di surga, dalam kehidupan para murid. Hosti Suci itu adalah tanda kehadiran Dia, yang telah turun dari surga dan tinggal bersama para murid-Nya. Bagi orang yang percaya, kehadiran Sang Guru inilah yang memberi kekuatan bagi dirinya untuk hidup secara berkelimpahan, seturut apa yang telah diajarkan-Nya.
Selama ini, aku telah berkali-kali menerima Komuni Suci. Apakah artinya hal itu bagi diri dan hidupku? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)