Selasa, 16 April 2024
Kis 7:51-8:1a;
Mzm 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab;
Yoh 6:30-35
KEHIDUPAN kita adalah karunia dari Tuhan. Apa pun yang sedang kita hadapi, seperti apa kehidupan kita berjalan, kita harus selalu menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah.
Dengan dasar pemahaman seperti itu, kita harus menjalani kehidupan kita dengan penuh rasa syukur. Kita tidak boleh sering mengeluh, apa pun situasi yang sedang kita hadapi.
Kita harus menikmati kehidupan secara bertanggung jawab sebagai wujud syukur kita atas anugerah hidup yang Tuhan berikan kepada kita.
“Kondisi yang tidak menentu belakangan ini membuat saya sekeluarga stress dan kuatir,” kata seorang bapak. “Apa yang saya rasakan ini meliputi banyak soal dari kesehatan dan keselamatan tapi juga soal pekerjaan dan keuangan. Usaha sangat sepi, hingga banyak nota jatuh tempo, biaya studi anak belum terbayar, uang sewa toko hampir habis, kondisi isteriku yang keluar masuk rumah sakit. Semua masalah datang bertubi-tubi hingga membuatku stres.
Kondisi yang dilematis ini membuatku mulai putus asa karena tidak tahu harus berbuat apa. Seakan semua jalan buntu, teman-temanpun juga mengalami kesulitan yang sama hingga tidak sampai hati untuk meminta bantuan mereka.
Pada saat semua gelap, seorang sahabat mengatakan dengan tegas bahwa dmasa-masa seperti inilah, kita perlu saling menguatkan dan memperhatikan satu sama lain. Bahwa semua orang mengalami kondisi dan situasi yang tak menentu. Tapi bukan berarti kita harus kehilangan harapan dan putus asa.
Ketika manusia tidak bisa membantu dan menjadi tempat sandaran, ada Tuhan yang sanggup menuntun kita keluar dari lorong kesesakan hidup ini. Sebagai anak-anak Tuhan, di masa-masa inilah kita harusnya percaya dengan teguh bahwa Tuhan tidak akan sekalipun meninggalkan kita.
Semua yang ada pada kita bahkan makanan yang setiap hari dapat kita makam adalah kemurahan Tuhan, semua berasal dari Tuhan,” paparnya bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku ia tidak akan haus lagi.”
Para murid dan orang-orang Galilea masih kagum pada pristiwa pergandaan roti dan secara manusiawi berharap terjadi lagi. Namun Yesus memberikan pencerahan agar mereka mengarahkan hati dan pikiran pada roti yang bertahan sampai hidup yang kekal. Yaitu Yesus sendiri sebagai Roti Hidup.
Yesus adalah roti yang berasal dari sorga dan dibagi-bagikan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Yesus menegaskan bahwa Roti hidup adalah diri-Nya sendiri yang siap diberikan dan dibagi-bagikan kepada para murid dan segenap umat kristiani yang beriman agar mereka memiliki hidup dan hidup yang kekal.
Setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus, kita merayakan Kehadiran Yesus yang memberikan diri dan hidup-Nya bagi kita. Tubuh dan Darah-Nya yang kita sambut memberi kekuatan hidup dan mengantar kita menuju hidup yang abadi.
Bagaiamana dengan diriku?
Apakah aku setia menerima Kristus dalam sakramen Ekaristi?