KONGREGASI SFS hadir di Indonesia pada tahun 1933 di Sukabumi, Jawa Barat. Keberadaannya dimulai dengan melakukan karya kesehatan.
Karya bidang kesehatan ini dirintis para misionaris dari Suster-suster Peniten Rekolek Bergen op Zoom (BOZ) –kini dikenal sebagai Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS)– dengan membangun dan mendirikan lembaga pelayanan kesehatan bernama Rumah Sakit St. Lidwina.
Saat ini, RS St. Lidwina sudah dimiliki oleh Pemda Sukabumi dan otoritas setempat telah mengubah namanya menjadi RSUD Syamsudin SH. Perubahan nama itu terjadi berdasarkan SK Walikota Madya dengan nomor HK.021.1.7/Sk/1976 pada tanggal 15 Mei 1976 mengenai perubahan nama Rumah Sakit.
Karya pelayanan Kongregasi SFS berkembang Ke Keuskupan Agung Semarang dengan tiga komunitas dengan dua yayasan yang menangani Karya Pendidikan dan Kesehatan:
• Yayasan Mardi Lestari dengan unit karya Klinik Pratama Rawat Inap Mardi Lestari di Wirosari, SMP Keluarga di Gubug Kabupaten Grobogan, SD St. Fransiskus dan KB TK St. Anna.
• Rumah Sakit Mardi Lestari bernaung di bawah Yayasan Santa Katarina Lestari.
Sebagai upaya pelayanan semakin baik dan berkembang, pengurus mengharapkan adanya sarana yang dapat memfasilitasi pelayanan nyaman, aman dan jelas. Yakni, berupa sarana prasarana kantor yayasan yang memadai.
Realitas yang dijalani saat ini, pengurus menggunakan fasilitas rumah sederhana yang dijadikan perkantoran bersama.
Prosesi acara
Proses pembangunan ditandai dengan Perayaan Syukur Misa Peletakan Batu pertama dan pemberkatan Gedung Maria RSU Mardi Lestari Sragen pada tanggal 2 Februari 2021.
Protokol kesehatan dilaksanakan dengan ketat dengan Alat Pelindung Diri dan dipraktikkan saat perayaan berlangsung dengan pembatasan jumlah umat yang hadir. Juga dengan menyiapkan perayaan secara live streaming.
Pada homilinya, Pastor Paroki St. Maria di Fatima Sragen Romo Medardus Sapta Margana Pr menyampaikan agar persembahan dalam pengutusan dengan simbol pembangunan gedung kantor diharapkan akan menumbuhkan pelayanan yang semakin prima dan juga semakin bisa mengembangkan pelayanan di daerah-daerah lainnya.
Peletakan batu pertama sebagai simbol batu penjuru diletakkan oleh:
• Pastor Paroki sebagai penanggungjawab reksa pastoral para suster SFS.
• Sr M. Marietta SFS sebagai Ketua Pengurus Yayasan Mardi Lestari.
• Sr. M. Agnes Keraf SFS sebagai Ketua Yayasan Santa Katarian Lestari.
• dr. Thomas Lukhay Sewy sebagai Pengawas Yayasan Mardi Lestari.
• Bpk. Sumbagyo selaku Ketua RW dan Bpk Munarwan sebagai Tim Pelaksana Pembangunan.
Gedung Maria
Prosesi berlanjut di Rumah Sakit Mardi Lestari yaitu Gedung Maria yang semula untuk pelayanan ibu dan anak.
Gedung ini telah menjadi saksi bisu atas sejarah awal berdirinya pelayanan Kesehatan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi di Sragen yang dimulai bulan Juli 1963 dengan nama Rumah Bersalin Mardi Lestari Sragen.
Pelayanan Gedung Maria menjadi sarana ruang pelayanan kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sragen tentang Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Lini Ketiga di Kabupaten Sragen, Nomor 441.14/735/14/2021.
Dengan itu, Gedung Maria lalu menjadi sarana bagi komitmen pelayanan guna bisa mengantisipasi dan menanganni penyakit dan wabah yang menyebabkan kematian yakni Corona Virus Disease (Covid-19) yang mulai ikut mendera Indonesia sejak bulan Maret 2019.
Kesempatan pengembangan kapasitas
Pada saat Pemda Kabupaten Sragen menetapkan RS Mardi Lestari Sragen diharapkan juga bisa melayani pasien Covid-19, maka hal itu menjadi kesempatan untuk mempersiapkan kebutuhan SDM.
Juga sarana dan prasarana yang membantu terselenggaranya pelayanan kemanusiaan bagi para pasien yang terpapar Covid-19.
Persiapan diawali dengan menetapkan waktu perayaan misa syukur peletakan batu pertama Gedung Yayasan dan pemberkatan.
Acara simbolisasi peresmian dilakukan dengan pemotongan pita oleh dr. Gregorius Indra Prihandana selaku Direktur RSU Mardi Lestari Sragen.
Pelayan bangsal Covid-19 akan dimulai pada tanggal 8 Februari 2021.
Semoga Gedung Maria yang kini telah menjadi sarana untuk menghadirkan kehidupan melalui proses persalinan di kemudian hari bisa melahirkan kesehatan prima bagi segenap pasien.