Renungan Harian
Selasa, 27 September 2022
PW. St. Vincentius a Paulo, Imam
Bacaan I: Ayb. 3: 1-3. 11-17. 20-23
Injil: Luk. 9: 51-56
“ROMO, saya itu jengkel dengan bapak, ibu saya. Tolong bisa membantu memberi pengertian pada orangtua saya ini. Bapak, ibu selalu sedih dan ujung-ujungnya sakit. Bukannya kami tidak mau merawat beliau, tetapi maksud saya jangan lagi melakukan yang selalu bikin sedih dan sakit.
Romo, sesungguhnya yang selalu menjadi penyebab sedih dan sakitnya bapak, ibu itu adalah kelakuan adik saya. Mungkin benar bahwa bapak, ibu pernah bersalah kepada adik; akan tetapi perlakuan adik terhadap bapak ibu itu bikin beliau selalu sedih dan sakit.
Bapak, ibu itu beberapa kali menelepon adik ingin mengunjungi, tetapi selalu jawaban adik, nanti saja karena belum siap. Jawaban adik inilah yang membuat bapak dan ibu menjadi kepikiran, sedih dan kemudian sakit.
Romo, adik saya itu menikah dengan perempuan yang kami semua tahu bahwa pilihan adik saya itu bukan perempuan “baik-baik” sehingga kami semua terutama bapak, ibu tidak setuju.
Akibatnya adik itu nekat dan pergi dari rumah. Setelah menghilang tiga tahun lebih kami menerima kabar dari saudara bahwa adik sekarang tinggal sekota dengan saudara, dan saudara itu memberi nomor kontak adik.
Dari situlah bapak dan ibu beberapa kali menghubungi ingin bertemu. Saya sesungguhnya juga marah dengan adik dan ingin bicara dengan adik tetapi selalu dilarang oleh bapak ibu. Beliau selalu mengatakan sabar, sabar dan untuk mencoba mengerti. Masalahnya sabar dan mencoba untuk mengerti itu membuat beliau sakit romo,” seorang bapak yang menemui saya menceritakan persoalannya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, para murid marah karena Yesus ditolak lewat Samaria, namun Yesus meminta para murid untuk mengerti. Mengerti menggunakan bahasa kasih yang berarti mengerti cara pandang Yesus.
Artinya Yesus mengajari para murid untuk membongkar cara pandangnya dan diajak untuk memahami. Tidak hanya mengandalkan pikiran dan nalarnya saja, tetapi menggunakan hati dan rasa dalam dirinya.