Hari biasa Pekan I Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26. BcOUl 15:1-18
Bacaan Injil: Mat. 5:20-26.
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Renungan
BEBERAPA bulan terakhir istilah kafir seakan bergema kuat. Orang mudah mengucapkan itu untuk mengatai sesamanya. Tidak jarang kata itu diucapkan dengan nada kebencian. Rasanya suasana itu menggores luka yang belum sembuh. Perih hati mereka yang terkena umpatan tersebut.
Tuhan pernah mengingatkan, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Mat 5:22). Tuhan melihat bahwa kata-kata itu akan melukai mereka yang dikenai.
Kiranya boleh-boleh saja kita mempunyai pandangan tertentu. Namun kiranya kita pun perlu menjaga ruang persaudaraan yang ada. Menjaga persaudaraan akan membuat hidup lebih damai daripada merusak persaudaraan. Kita hindari kata dan kalimat yang merusak kerukunan persaudaraan. Kita haturkan kata-kata sejuk, damai dan penuh rahmat demi kerukunan hidup.
Kontemplasi
Pejamkan matamu. Hadirkan dan doakan mereka yang mengumpati dirimu.
Refleksi
Bagaimana menjaga kerukunan persaudaraan?
Doa
Tuhan semoga aku mampu membawa kerukunan persaudaraan dan sikap menjaga kebersamaan. Bebaskanlah orang-orang dari dorongan kebencian. Amin.
Perutusan
Aku akan menata kata dan kalimat yang akan kusampaikan supaya tidak melukai saudaraku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)