Peringatan Wajib
St. Maria Magdalena
warna liturgi Putih
Bacaan
Kid. 3:1-4aª atau 2Kor. 5:14-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18. BcO 1Taw. 22:5-19
Bacaan Injil: Yoh. 20:1,11-18.
1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 15 Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” 16 Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” 18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Renungan:
KEHILANGAN orang yang dikasihi memang sangat pedih rasanya. Apalagi orang yang dikasihi itu meninggal mendadak karena kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba. Banyak orang sulit move on ketika mengalami itu. Bahkan ada yang harus menghabiskan waktu bertahun-tahun sampai bisa gerak kembali.
Maria Magdalena pun sangat kehilangan kala Yesus yang dikasihinya meninggal di salib. Kesedihannya semakin menjadi kala ia ke kubur dan tidak menemukan jenasah Yesus. Ia hanya bisa duduk dan menangis. Namun semua itu sirna kala Yesus mendatanginya. Ia pun mendapatkan perutusan dari pengalaman tersebut.
Siapa pun dari kita tidak dilarang untuk sedih kala kehilangan orang yang kita cintai. Namun kita mesti pula sadar bahwa kepergian mereka membawa perutusan tersendiri bagi hidup kita. Ibu yang ditinggalkan suaminya mesti segera bangkit untuk menghidupi anak-anaknya. Larut dalam kepedihan bukan hanya menyengsarakan dirinya sendiri tapi juga mengabaikan perutusan yang diterima. Maka rasanya kita boleh saja sedih namun tetap perlu segera bergerak menjalani babak baru perutusan kita.
Kontemplasi:
Bayangkan orang yang kaukasihi meninggal secara mendadak.
Refleksi:
Apa yang akan kaulakukan kala orang yang sungguh kaukasihi meninggal dunia?
Doa:
Tuhan kuatkanlah hati anak-anakMu yang sedang berduka karena ditinggal mereka yang dikasihi. Semoga mereka menemukan jalan untuk bangkit dan semangat. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjadi pendorong kebangkitan mereka yang berduka. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)