Kasimirus,
warna liturgi Ungu
Bacaan
Hos. 14:2-10; Mzm. 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14,17; Mrk. 12:28b-34. BcO Kel. 35:30-36:1; 37:1-9
Bacaan Injil: Mrk. 12:28b-34.
28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” 29 Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” 32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” 34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Renungan:
Biasanya kita mendengar Yesus bersoal dengan ahli Taurat. Tidak jarang Yesus mengkritik mereka. Namun hari ini kita melihat hal yang berbeda. Yesus tidak mengkritik tapi malah memuji dia, “Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” (Mrk 12:34). Yesus memuji dan memberi janji kepada ahli Taurat itu karena apa yang dia katakan adalah benar dan bijaksana.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang yang berlawanan satu dengan yang lain. Mereka yang berlawanan itu selalu berusaha menjatuhkan lawannnya dengan tindakan-tindakan maupun kata-kata yang negatif. Segala tindakan dan kata lawannya, entah itu baik atau buruk, selalu dicap buruk. Segala perilaku lawan selalu ditentang, bahkan kalau mungkin ditemukan celah yang bisa menjatuhkannya.
Belajar dari Yesus, rasanya kita pun perlu rendah hati menghormati kebaikan mereka yang berbeda dengan kita. Apa yang benar dan baik layak kita akui sebagai benar dan baik. Kita mesti berani menyingkirkan nafsu untuk menghabisi lawan kita. Kita pun mesti sanggup mengakui kebaikan-kebaikan yang mereka miliki.
Kontemplasi:
Bayangkan perseteruan orang-orang yang berlawanan. Amati kata dan tindakan mereka. Bandingkan itu dengan sikap Yesus kepada ahli Taurat dalam Injil Mrk. 12:28b-34.
Refleksi:
Tulislah penilaianmu atas kebaikan lawanmu.
Doa:
Ya Yesus, terima kasih atas teladanMu. Semoga aku mampu menghargai kebaikan mereka yang berseberangan denganku. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengakui kebaikan sebagai kebaikan walau itu berasal dari yang berseberangan denganku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)