Hari biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
Ef. 1:1-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Luk. 11:47-54. BcO Sir. 16:24-17:14
Bacaan Injil: Luk. 11:47-54.
47 Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. 48 Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. 49 Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, 50 supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, 51 mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. 52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.” 53 Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. 54 Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Renungan:
ORANG sering dituntut untuk berkata apa adanya. Bila ada suatu masalah kejujuran seseorang sering diharapkan muncul. Dalam memegang tampuk pimpinan orang pun diminta untuk jujur dalam kata maupun tindakan. Namun kala kejujuran dan sikap apa adanya diberikan orang bisa terperangah dan mungkin akan memintanya untuk lebih diplomatis.
Yesus menyampaikan kritikan apa adanya kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Orang-orang itupun kaget dan sakit hati. Mereka berusaha memancing Yesus dengan aneka macam pertanyaan dan jebakan supaya bisa mepersalahkan-Nya dan menangkap-Nya. Kritikan yang mereka terima membuat mereka marah dan membangkitkan niat jahat untuk balas dendam.
Rasanya kejujuran tetap mesti menjadi pegangan hidup kita. Kejujuran itu menjadi kunci menuju pada hasil yang optimal, walau mungkin harus melalui jalan yang berat. Kritik juga merupakan hal penting. Dengan kritik kita bisa mengevaluasi diri dan melangkahkan hidup menuju perbaikan terus menerus.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu bertemu dengan sahabat. Ia mengkritikmu dengan apa adanya.
Refleksi:
Bagaimana berani berkata apa adanya dan menerima kritikan?
Doa:
Tuhan semoga aku berani berkata apa adanya demi perbaikan hidup bersama. Semoga aku pun tidak anti kritik. Amin.
Perutusan:
Aku akan menerima kritikan sebagai bahan evaluasi diri. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)