Hari Minggu Biasa XIII
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Raj. 19:16b,19-21; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Gal 5:1,13-18; Luk. 9:51-62. BcO Neh 4:1-23
Bacaan Injil: Luk. 9:51-62.
51 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, 52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. 54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” 55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. 56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain. 57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” 58 Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” 59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” 60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” 61 Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” 62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Renungan:
YESUS tidak hanya pernah ditolak oleh orang Nasaret. Ternyata orang Samaria pun pernah menolak Dia. “Orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem” (Luk 9:53). Ia ditolak karena perjalanNya menuju Yerusalem. Kita ingat bagaimana tidak bersahabatnya Samaria dan Yerusalem.
Permusuhan dan persaingan Samaria dan Yerusalem membawa dampak pada sikap-sikap orangnya. Mereka jadi saling bermusuhan dan menganggap diri lebih dari yang lain. Makin parah ketika situasi itu mendarah daging dan mengalir dalam warisan keturunan mereka.
Namun Yesus pun menghentikan kemarahan para murid terhadap orang Samaria. Yesus tidak mau memperdalam permusuhan yang telah mewaris. Sikap Yesus ini membebaskan para murid dari amarah dan dendam.
Rasanya sebagai muridNya kita pun layak menghentikan amarah walau kita telah merasa ditolak. Kita masih mungkin pergi ke tempat lain.
Kontemplasi:
Bayangkan pengalamanmu ditolak. Bagaimana anda menata hatimu saat itu, ikutilah dan bandingkan dengan sikap Yesus.
Refleksi:
Apa yang perlu kita lakukan untuk menahan amarah?
Doa:
Tuhan semoga aku tetap sabar walau mengalami penolakan. Di saat itu aku tidak marah tapi menemukan alternatif yang mengatasi masalahku. Amin.
Perutusan:
Aku tidak akan marah dan akan mencari jalan lain kala ditolak. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)