Hari biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
2Raj. 2:1,6-14; Mzm. 31:20,21,24; Mat. 6:1-6,16-18. BcO Hag. 1:1 – 2:9
Bacaan Injil: Mat. 6:1-6,16-18.
1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” 5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 16 “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Renungan:
BEBERAPA hari yang lalu di salah satu kota di propinsi Banten diadakan rasia pada warung yang buka dan melayani tamu pada siang hari di bulan puasa. Jelas tampak bagaimana Satpol PP merampasi barang dagangan para pedagang tersebut. Ada seorang ibu yang menangis memohon supaya dagangannya tidak dirampas tidak diindahkan. Berita itu menyentuh banyak orang dan membangkitkan pertanyaan pada perda tersebut. Spontan muncul gerakan donasi untuk para pedagang tersebut.
Tuhan mengajak kita untuk tidak menunjukkan kala kita sedang bersedekah, berdoa dan berpuasa. Semua itu kita lakukan sebagai syukur dan pembersihan diri di hadapan Tuhan. Orang lain tidak perlu tahu tindakan kasih kita tersebut.
Hidup kita sungguh menjadi ruang kesaksian tanpa harus mengumumkannya. Mereka yang suci hatinya tidak khawatir kala sedekah, doa dan puasanya tidak diketahui orang lain. Mereka percaya Tuhan mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu lagi bersedekah, berdoa dan berpuasa. Anda berada dalam kebiasaan harian. Orang-orang pun tidak tahu dengan kebaikan yang sedang anda jalani.
Refleksi:
Bagaimana menjalani kebaikan tanpa keinginan diketahui orang?
Doa:
Tuhan semoga hidupku menampilkan kebaikan. Semoga aku pun tidak tergoda mempropagandakan kebaikan yang telah kulakukan. Amin.
Perutusan:
Aku akan bersedekah, berdoa dan berpuasa dalam keheningan. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)