Hari Biasa Pekan IV Paskah
warna liturgi Putih
Bacaan
Kis. 12:24-13:5a; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Yoh. 12:44-50. BcO Kis. 13:44-14:7
Bacaan Injil: Yoh. 12:44-50.
44 Tetapi Yesus berseru kata-Nya: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; 45 dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. 46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. 47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. 48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. 49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. 50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.”
Renungan:
DULU saya pernah diutus menyampaikan pesan pada seseorang. Namun karena belum kenal dengan orang tersebut maka saya meminta yang mengutusku untuk mengabari orang tersebut. Di lain kesempatan tanpa meminta dikabari terlebih dulu aku menyampaikan pesan yang mesti kuomongkan. Dan ternyata dengan kedua cara ini penerima pesan percaya kepada pesan yang kusampaikan.
Yesus paham bahwa orang-orang Yahudi telah mengenal Allah. Ia datang ke dunia untuk menyampaikan pesan Allah tersebut. Semestinya mereka langsung menerima pesan yang disampaikan. Namun demikian ternyata tidak semua orang gampang menerima pesan tersebut. Tidak sedikit yang mempertanyakan keabsahan pesan yang dibawa Yesus.
Kadang ada orang yang tidak mudah menerima pesan. Kadang pula ada yang menipu dengan pesan-pesannya. Kondisi ini sering membuat tidak mudahnya penyampaian suatu pesan. Kiranya kita bisa mengecek pada sang pemberi pesan. Atau kalau kita tetap ragu kita bisa menangkap kebenaran pesan tersebut dengan keheningan batin. Batin yang jernih akan mampu menangkap pesan dengan baik.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu memperoleh tamu. Tamu itu menyampaikan pesan dari sahabatmu yang telah lama tak berjumpa denganmu.
Refleksi:
Tulislah pengalamanmu menilai dan menangkap pesan dari sang utusan.
Doa:
Tuhan, bukalah hatiku supaya mampu menangkap pesan-pesanMu dengan baik. Amin.
Perutusan:
Aku akan membawa diriku dalam keheningan agar gampang menangkap pesan Tuhan. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)