Hari Biasa
warna liturgi Putih
Bacaan
1Yoh. 4:11-18; Mzm. 72:1-2,10-11,12-13; Mrk. 6:45-52. BcO Yes. 56:1-8
Bacaan Injil: Mrk. 6:45-52.
45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. 47 Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. 48 Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. 49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, 50 sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” 51 Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, 52 sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Renungan:
MEMBACA Injil hari ini saya terbayang kisah yang ada di sana. Yesus menyuruh para murid berangkat naik kapal dan menyuruh orang-orang pergi. Ia sendiri berdoa. Sepanjang malam Ia berdoa. Ketika melihat para muridNya kesulitan mendayung karena angin sakal Ia pun mendatangi mereka dengan berjalan di atas air.
Saya tertarik Yesus memilih waktu untuk berdoa. Ia menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan Bapa. Waktu dengan Bapa adalah waktu yang penting bagiNya. Ia pun memilih sendirian bertemu dengan Bapa. Namun demikian Dia tidak tega melihat murid-muridNya yang kesulitan.
Kalau Yesus pun menyadari pentingnya waktu untuk sendiri bersama Bapa, rasanya kita pun perlu menyediakan waktu itu. Apa pun kesibukan kita tidak bisa menjadi alasan untuk tidak punya waktu bagi Bapa. Dan sekalipun demikian kita juga mesti tetap punya hati bagi mereka yang kesulitan.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Mrk. 6:45-52. Rasakan dan temukan gema dari teks tersebut.
Refleksi:
Bagaimana dirimu menyediakan waktu bagi Tuhan dan sesama?
Doa:
Bapa, aku punya waktu untukMu. Aku ingin bersamaMu dalam keheningan batinku. Amin.
Perutusan:
Aku akan menyediakan waktu untuk Tuhan dan sesama. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)