Hari Biasa Pekan I Adven
warna liturgi Ungu
Bacaan
Yes. 11:1-10; Mzm. 72:2,7-8,12-13,17; Luk. 10:21-24. BcO Yes. 8:1-18
Bacaan Injil: Luk. 10:21-24.
21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” 23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. 24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
Renungan:
SUATU kali saya melihat papan berdiri miring. Saya memikirkan banyak hal untuk menegakkan papan tersebut. Ada banyak kemungkinan yang bisa dibuat. Lalu datanglah bapak tukang. Ia melihat sebentar kemudian segera bertindak. Papan itu kembali berdiri sebagaimana mestinya. Tidak ada banyak pertimbangan yang dia buat. Ia seakan langsung bisa melihat mana yang harus diperbaiki lalu bertindak di sana.
Rasaku pengetahuanku telah mengarahkanku untuk menemukan aneka kemungkinan cara untuk mengatasi sesuatu. Namun tidak segera menuntunku pada satu tindakan yang mesti segera kulakukan. Yesus mengatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Luk 10:21).
Kadang kita memang perlu melihat sesuatu dengan kacamata orang sederhana. Mereka melihat persoalan dengan satu titik kemungkinan untuk menyelesaikan. Mereka pun percaya bahwa titik itulah sumber persoalan yang perlu diselesaikan. Sedangkan kita sering dibelenggu oleh aneka macam pertimbangan yang kita formulasikan tanpa ada keberanian untuk bertindak.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu menemukan masalah. Ada aneka pertimbangan untuk mengatasinya. Pilih satu. Lakukan aksi.
Refleksi:
Bagaimana membangun keberanian untuk memilih salah satu pertimbangan yang telah kita buat?
Doa:
Bapa tuntunlah aku agar berani mengambil sikap dan tidak hanya berhenti pada menimbang dan menimbang. Semoga aku berani mengambil keputusan dan bertindak. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengolah ketajaman dalam mengambil tindakan. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)