Kristina drSpoleto, YordanusdrSaksonia
warna liturgi Hijau
Bacaan
Kej. 4:1-15,25; Mzm. 50:1,8,16bc-17,20-21; Mrk. 8:11-13. BcO1Kor 7:1-24
Bacaan Injil: Mrk. 8:11-13.
11 Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. 12 Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” 13 Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.
Renungan
DALAM debat kita melihat ada usaha untuk menyerang lawan. Serangan-serangan yang tajam sering dilontarkan agar lawan tak mampu lagi menjawab dan kalah. Namun seringkali serangan-serangan tersebut disampaikan dengan membabibuta. Maksud hati menjatuhkan lawan tapi kenyataannya dirinya sendiri yang hancur.
Di mana pun Yesus berada orang Farisi selalu menjadikan Yesus sebagai lawan bicara. Mereka selalu mengajukan pertanyaan yang menjebak atau mengkritik tindakan yang dilakukan Yesus. Mereka pun meminta Yesus memberikan tanda yang melegalkan tindakan-Nya. “Mengapa angkatan ini meminta tanda” (Mrk 8:11).
Hidup ini bukanlah debat. Kalau setiap kali kita membawa percakapan kita ke dalam debat maka akan melelahkan lawan bicara kita. Maka rasanya janganlah selalu membawa percakapan ke dalam debat. Kadang-kadan kita pun perlu merelakan hal-hal yang tak bisa kita terima.
Kontemplasi
Bayangkan kisah dalam Injil Mrk 8:11-13. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi
Tulislah pengalamanmu menahan diri untuk tidak mendebat percakapan teman bicaramu.
Doa
Tuhan semoga aku mampu menerima sesuatu yang sulit kuterima. Semoga aku mampu menjadi sahabat percakapan. Amin.
Perutusan
Aku akan berusaha menjadi sahabat percakapan bukan pendebat kata sesama. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)