St. Ambrosius
Warna Liturgi Putih
Bacaan
Yes 35:1-10, Mzm 85:9ab-10,11-14, Luk 5:17-26
Bacaan Injil: Luk 5:17-26.
17 Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. 18 Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. 19 Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. 20 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” 21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: “Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” 22 Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? 23 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? 24 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” ?berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu?:”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” 25 Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. 26 Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.”
Renungan:
MEMBACA ini, “Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur” (Luk 5:18) aku teringat pada Rm Tjiptaprawata, lalu Rm Triwahyono. Kedua Rama ini menjadi teman sekomunitas saya. Kala itu Rm Tjipta, sekarang sudah seda, dan sekarang Rm Tri Wahyono hanya bisa pasrah dibawa ke mana. Mereka tidak dapat melakukan aktivitas sendiri. Membutuhkan orang lain, dan orang lainlah yang menentukan langkah mereka. Seperti si lumpuh yang pasrah dibawa bertemu dengan Yesus.
Mungkin di antara kita banyak yang sehat. Fisik kita masih bagus. Tubuh kita dalam kondisi prima. Namun pada saat tertentu mungkin kita pun mengalami “kelumpuhan”. Berpikir tidak mampu dan semua terasa buntu. Segala yang kita lakukan terasa mentog dan kita sulit keluar darinya.
Ketika kita mengalami kelumpuhan seperti itu kita pun perlu bersikap seperti si lumpuh. Kita percaya pada kebaikan orang di sekitar kita dan bertemu dengan Yesus. Kita percaya bahwa Yesus akan menyembuhkan kita. Kepercayaan pada Tuhan Yesus dan kebaikan sesama akan membebaskan kita dari “kelumpuhan” hidup.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Luk 5:17-26. Ambillah salah satu pemeran dalam kisah tersebut sesuai dengan hidupmu.
Refleksi:
Bagaimana percaya pada kebaikan orang dan bisa dipercaya oleh orang yang membutuhkan pertolongan?
Doa:
Tuhan, aku percaya Engkau menemani peziarahan hidupku dengan mengutus orang-orang baik di sekitarku. Semoga bersama mereka aku semakin mampu merasakan kasihMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan percaya pada kebaikan sesamaku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)