Hieronimus Emilianus, Yosefaina Bakhita
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Raj. 8:1-7,9-13; Mzm. 132:6-7,8-10; Mrk. 6:53-56. BcO Kej. 41:1-15,25-43
Bacaan Injil: Mrk. 6:53-56.
53 Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. 54 Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. 55 Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. 56 Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
Renungan:
SEORANG bapak bercerita padaku. Katanya, banyak umat yang disembuhkan oleh ramanya. Simbah-simbah yang terus merasa pusing ketika didatangi ramanya jadi sembuh. Setiap kali selesai misa, banyak orang datang dan meminta diobati dari sakitnya. Makin hari makin banyak orang ingin diobati.
Banyak orang pun selalu membawa saudara atau tetangga mereka yang sakit kepada Yesus. “Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada” (Mrk 6:54-55). Namun meski demikian Yesus tidak pernah berhenti untuk berdoa kepada BapaNya.
Siapa pun dari kita mungkin pada saat tertentu diijinkan untuk menghadirkan kesembuhan. Memang ada orang-orang yang secara khusus diberi rahmat penyembuhan itu. Namun demikian kita tidak pernah boleh lupa bahwa semua itu karena rahmatNya. Maka siapa pun dari kita yang mampu menghadirkan kesembuhan rasanya tidak boleh merasa bahwa itu karena kita mampu. Kita selalu merasa bahwa itu adalah karya Allah. Allah yang memilih kita. Maka layak kalau kita selalu menjaga relasi yang intim denganNya.
Kontemplasi:
Bayangkan orang-orang datang kepada Yesus dan membawa orang-orang sakit untuk disembuhkan. Hadirkan pula bagaimana Yesus membawa semua itu dalam kesatuan relasi dengan Bapa.
Refleksi:
Bagaimana menjaga agar menyadari bahwa kemampuan kita adalah rahmat Allah?
Doa:
Bapa, jagailah aku untuk selalu dekat denganMu. Semua yang kulakukan tidak lepas dari rahmatMu. Semoga aku tetap rendah hati. Amin.
Perutusan:
Aku akan selalu menyadari karena rahmatNya aku mampu melakukan sesuatu. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)