Bacaan 1: Why 10:8-11
Injil: Luk 19:45-48
Makanan atau minuman manis memang enak untuk dikonsumsi dan dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi. Namun jika terlalu banyak dikonsumsi malah bisa membuat hidupmu pahit.
Terlalu banyak mengkonsumsi gula bisa menyebabkan jerawatan, gula darah tinggi, obesitas, diabetes melitus dan kulit keriput karena kolagen berkurang.
Sehingga seseorang harus bijak dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung gula, agar tidak membuat hidup menjadi pahit.
Bacaan hari ini menampilkan Rasul Yohanes yang diminta malaikat untuk makan kitab gulungan yang dibawanya.
“Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu.”
Kisah ini mirip dengan yang dialami oleh Nabi Yehezkiel (3:1-2), “Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku”.
Saat kita menerima sabda-Nya tentu akan merasakan sukacita yang penuh, terasa seperti minuman atau makanan yang manis di lidah. Namun saat menjalankan sabda-Nya, hidup mungkin terasa pahit.
Untuk menghidupi atau mewartakan sabda-Nya, biasanya banyak rintangan akan dihadapi, tak jarang nyawa adalah taruhannya.
Sebagai murid Kristus, kita tidak boleh menyerah. Seorang katolik harus terus bermisi mewartakan Tuhan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat meski nyawa taruhannya. Karena sabda-Nya merupakan jaminan keselamatan bagi mereka yang percaya.
Untuk tetap menjaga kekudusan tubuh yang merupakan “bait Allah”, memang sulit dan berat. Banyak godaan dihadapi dan harus berani melawan kejahatan.
Saat pelataran Bait Allah di Yerusalem telah berubah menjadi pasar, maka hal itu sangat mencemari kekudusannya. Banyak ketidakadilan terjadi serta praktik-praktik koruptif dan kolusi disitu. Hal ini membuat Tuhan Yesus marah dan tidak terima, “rumah-Nya dikotori”.
“Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
Konsekuensi peristiwa (kemarahan-Nya) ini membuat nyawa-Nya terancam. Para imam, ahli-ahli Taurat serta pemimpin umat Yahudi ingin membunuh-Nya.
Pesan hari ini
Menerima sabda-Nya adalah sebuah sukacita namun saat menghidupinya (bermisi) bisa membuat hidup menderita oleh penganiayaan.
Sabda yang sama bisa terasa manis di mulut namun juga pahit di perut.
“Sukacita adalah jenis kebahagiaan yang tidak bergantung pada apa yang terjadi.”