Sadar sebagai Pendosa

0
290 views
llustrasi - Bertobat. (Ist)

SABDA Tuhan pada Minggu XXVIII C berbicara tentang penyakir kusta (lepra). Naaman, panglima raja Aran itu disembuhkan dari kustanya, karena menaati instruksi nabi Elisa (2 Raja-raja 5: 14). Dia menenggelamkan badannya tujuh kali di Sungai Yordan, lalu sembuh.

Demikian pula sepuluh orang kusta menjadi sembuh, karena melakukan yang diperintahkan oleh Yesus (Lukas 17: 14). Mereka pergi memperlihatkan diri kepada para imam. Satu kembali kepada Yesus dan bersyukur kepada Tuhan; sedang yang sembilan pergi tanpa berterima kasih (Lukas 17: 17-18).

Orang biasanya diajak merefleksikan sikap sembilan orang Yahudi yang telah disembuhkan dan tidak berterima kasih. Lalu membandingkannya dengan satu orang Samaria yang kembali kepada Yesus, bersujud dan memuliakan Tuhan.

Renungannya diakhiri dengan pertanyaan, termasuk yang manakah kita? Satu orang Samaria yang mengucap syukur atau sembilan orang Yahudi yang tidak berterima kasih? Renungan yang baik, tetapi kerap bisa ditebak oleh umat.

Sejatinya, banyak yang dapat direnungkan. Mengapa tidak mulai dengan fakta tentang penyakit kusta? Penyakit itu pada zaman Elisa dan Yesus tidak dapat disembuhkan. Hanya kuasa Tuhan yang dapat menyembuhkannya.

Bahwa Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, itu bukanlah kebetulan. Dia menuju ke sana untuk menderita sengsara, wafat, dan bangkit; menebus manusia.

Penyembuhan itu menunjukkan bahwa Yesus itu penyelamat yang sanggup menyembuhkan segala penyakit, termasuk sakit yang tidak bisa disembuhkan seperti kusta.

Penderita kusta kini sudah jarang ditemui. Andaikan ada, jumlahnya amat sedikit. Namun, tidak berarti bahwa masyarakat kita bebas dari kusta. Penderita kusta rohani atau dosa seperti pembunuhan (perang dan aborsi), kebencian, intoleransi, korupsi, ketidakadilan, penindasan terhadap orang lemah, dan lain-lain mudah ditemui. Ini lebih parah dari pada kusta jasmani dan jauh lebih sulit disembuhkan.

Mengapa?

Pertama, penderitanya kerap tidak menyadarinya. Bahkan ketika diberitahu atau disadarkan sebagian malah marah kepada yang memberitahu. Kedua, mereka juga menolak disembuhkan; merasa tidak memerlukannya. Kalau menyadari saja tidak mau, bagaimana dapat disembuhkan?

Naaman mencari nabi Elisa dan sepuluh orang kusta itu berteriak minta disembuhkan. Karena itu, mereka disembuhkan.

Apakah kita mau sembuh dari kusta rohani dan berseru kepada Yesus? Kalau berseru minta disembuhkan saja tidak, bagaimana orang diajak merenungkan tentang ucapan terima kasih atas penyembuhan yang dilakukan Yesus? Menyadari diri sebagai pendosa yang membutuhkan rahmat Tuhan menjadi pangkal orang disembuhkan dan diselamatkan.

Maukah aku sembuh?

Minggu, 9 Oktober 2022.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here