HEBOH diberitakan media Barat telah tertangkap pasukan pemberontak anti rezim Kolonel Muamar Kaddafi, tiba-tiba Saif al-Islam Kaddafi –Sang Putra Mahkota Libya—dengan gagah mengatakan: “Tak mudah menaklukan ayah saya!”
Saif al-Islam tak lain adalah putra kandung penguasa Libya Kolonel Muammar Kaddafi. Oleh media Barat, al-Islam disebut-sebut sejak lama telah digadang-gadang oleh Kaddafi untuk sekali waktu mengganti kedudukannya menjadi penguasa baru di negeri kaya minyak di kawasan utara Afrika ini.
Muncul di depan publik
Laporan pandangan mata Matthew Price dari televisi BBC, Selasa (23/8) malam menyebutkan, Saif al-Islam dengan jambang dan janggut lebat tampak teramat pede menyebut pasukan loyalis pemerintah telah berhasil menekuk tamat gerombolan pemberontak. Dengan hanya mengenakan kaos warna hijau militer, Saif al-Ilsam terlihat muncul di Hotel Rixos, kawasan aman dimana banyak wartawan media Barat bermarkas.
Datang dikawal oleh puluhan pasukan loyalis dengan kendaraan anti-peluru, Saif al-Islam tegas mengatakan pemerintahan ayahnya Kolonel Muammar Kaddafi tak gentar dengan aksi massa dukungan Barat yang menggoyang Tripoli.
Hingga Selasa malam, rentetan tembakan dan suara dentuman artileri masih terdengar di beberapa sudut kota Ibukota Tripoli. Ini merupakan hari ketiga pertempuran kota antara pasukan loyalis Kaddafi menghadapi pasukan pemberontak dukungan Barat.
Bab al-Aziziya
Selain mengklaim berhasil menguasai beberapa titik strategis di jantung Tripoli, pasukan pemberontak tampaknya mengincar Bab al-Aziziya yang disebut-sebut sebagai enclave dimana keluarga Kolonel Muammar Kaddafi tinggal dan barangkali bersembunyi. Kaum pemberontak meyakini, begitu berhasil merebut Bab al Aziziya, maka tamat sudah rezim Kolonel Muammar Kaddafi.
Tapi nyatanya, Kolonel Kaddafi –seperti kata anaknya Saif al-Islam—tak mudah ditundukkan, sekalipun pasukan pemberontak mendapat dukungan dunia Barat dan perlindungan militer dari NATO. “Pokoknya, kalau mereka nekat masuk sama saja masuk dalam perangkap maut,” kata Saif al-Islam “menantang” nyali pasukan pemberontak.
“Kami pasti memenangkan pertempuran ini,” katanya menjawab Rupert Wingfield-Hayes dari BBC yang meliput pertempuran kota ini. Laporan intelijen Barat menyebutkan, kawasan markas besar Sang Kolonel yang disebut Bab al-Aziziya itu punya luas tak kurang enam kilometer persegi. Punya makna sebagai “Pintu Gerbang Luar Biasa”, kawasan dengan penjagaan sangat-sangat ketat ini pernah menjadi sasaran pemboman jet pembom AS tahun 1996 sebagai balasan Washington atas aksi pembunuhan terhadap serdadu AS oleh agen-agen Libya. Besar kemungkinan, dari kawasan Pintu Gerbang Luar Biasa ini, Muammar Kaddafi bisa meloloskan diri ke perairan bebas melalui terowongan bawah tanah yang langsung tembus dengan Laut Tengah.
Susah diprediksi
Keadaan sebenarnya di lapangan susah dipastikan, karena kedua kubu saling mengklaim telah berhasil menguasai bagian terbesar Tripoli. Begitu posisi strategis di Ibukota Libya ini berhasil “dilokalisir”, maka sasaran berikutnya tentu saja markas persembunyian Sang Kolonel di Bab al Aziziya.
NATO sendiri sudah mewanti-wanti pasukan pemberontak agar segera menarik diri dari Bab al Aziziya ini agar dengan air superiority-nya jet-jet pembom tempur Pakta Pertahanan Atlantik Utara bisa menebar bom-bom pintar penghancur bunker-bunker bawah tanah yang menjadi tempat persembunyian Sang Kolonel.
“Tripoli masih berkecamuk perang di sana-sini dan NATO tetap siaga mencermati apa yang terjadi di Libya,” kata Kolonel Roland Lavoie, jurubicara militer NATO.
Mathias Hariyadi, penulis dan anggota Redaksi Sesawi