Sakramen Imamat untuk Empat Imam Baru di Gereja Katedral Malang

0
2,601 views
Berkat perdana dari empat imam baru untuk umat yang hadir. (Gerry Newan/Pengurus DPP Paroki Katedral Malang)

“Empat orang Diakon ini akan menjadi gembala umat yang sangat dibutuhkan, tambahan empat orang imam baru yang menggembirakan hati. Mari kita doakan agar mereka menjadi pastor yang baik seperti Yesus,” demikian pengantar Bapak Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto O.Carm dalam Misa Tahbisan Imam di Gereja Katedral Malang pada Kamis, 22 Agustus 2018, sore hari.

Segenap umat hadir memenuhi Gereja Katedral Malang yang megah anggun dan bersih serta diterangi dengan lampu. Mereka menjadi saksi ditahbiskannya imam-imam muda hasil pembinaan dan pendidikan Keuskupan Malang, Kongregasi SMM, dan CDD.  Ada yang mengatakan untuk pertama kalinya seorang putera asli Malang telah ditahbiskan imam dalam Kongregasi SMM.

Istilah ‘gembala’

Dalam homilinya, Bapak Uskup Malang lebih banyak menerangkan tentang pastor atau gembala.

Istilah “gembala” dimulai dari dunia peternakan. Pemimpin bangsa Israel biasa disebut Raja, Imam dapat pula disebut gembala. Memahami pekerjaan gembala juga dirasa perlu, karena pekerjaan sebagai gembala itu tidak mudah.

Ia  harus rela berkorban menyediakan waktu dan tenaga. Pada pagi hari harus memeriksa apakah ada domba yang sakit.  Bila ada yang sakit, maka domba itu harus segera diobati, juga harus mengolesi minyak untuk menghindari lalat. Ia harus rajin pergi mencari padang rumput agar bisa memberi makan domba-dombanya.

Gembala harus berjalan di depan sampai menemukan rumput dan air bagi domba-dombanya. Gembala yang baik sangat menentukan kesejahteraan domba-dombanya.

Mazmur 23

Mgr. Pidyarto  juga menyinggung Mazmur 23, “Tuhanlah gembalaku, aku tak akan berkekurangan, dibaringkannya aku di rumput hijau”.

Domba dapat berbaring apabila mereka sudah kenyang, tidak haus, tidak takut akan bahaya dari binatang buas, dan tidak bertengkar antar mereka.

Mohon doa dan bimbingan ilahi dalam Doa Litani Para Kudus.

Tuhan sudah melakukan apa yang diperlukan sebagai Gembala yang Baik, selalu dekat dengan domba sehingga mengenal domba-domba-Nya. Demikian pula sebaliknya, domba-domba mengenal suara gembala karena dekat dengan gembala. Yesus adalah gembala yang baik, kasih-Nya besar kepada umatNya.

Selanjutnya para diakon yang akan menerima Sakramen Imamatnya dalam misa tahbisan imamat itu diminta meneladan Yesus yang telah menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Para diakon juga diharapkan dapat mengenal domba-dombanya sehingga tepat bila kemudian hari dikatakan Pastor berbau domba.

Mohon doa restu orangtua.

Upacara tahbisan imam ini dihadiri oleh Provinsial SMM Romo Agustinus Tensi SMM, Provinsial CDD Romo Yukihartandi CDD, Romo Blasius Tira Pr Rektor Seminari Tinggi Interdiosesan Malang, dan Romo Adam Suntjoko Pr Rektor Seminarium Marianum Probolinggo, juga Pater Jenderal CDD yang duduk di bangku umat.

Juga hadir sedikitnya 100-an imam dari berbagai tarekat antara lain: Ordo Karmel, CDD, SMM, CM, MSF, SVD, dan para imam diosesan Keuskupan Malang. Tampak hadir pula para biarawan/biarawati, tamu undangan, dan keluarga para imam tertahbis.

Uskup Penahbis Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm dan kedua imam pendamping bersama empat imam baru disertai orangtua mereka.

Keempat imam baru itu adalah:

Romo Yusuf Dimas Caesario Pr

Ia lahir di Malang 10 Juli 1991, warga Paroki Banyutemumpang, Keuskupan Agung Semarang. Romo Dimas bergabung dengan Keuskupan Malang dan menjalani masa pembinaan di Seminari Tahun Rohani St. Giovanni XXIII di Lawang, dan Seminari Tinggi St. Giovanni XXIII Malang.

Pendidikan S1 dan S2 di STFT Widya Sasana Malang. Selanjutnya, ia ditugaskan menjadi Pastor Rekan di Paroki Santo Albertus de Trapani Malang untuk waktu dua tahun.

Romo Alponsus Zeno Kurniawan Pr

Ia lahir di Banyuwangi 21 Oktober 1990, warga Paroki Maria Ratu Para Rasul Curahjati Keuskupan Malang. Romo Zeno melamar menjadi calon imam diosesan Keuskupan Malang.

Masa pembinaannya terjadi  di Seminari Tahun Rohani St. Giovanni XXIII di Lawang, lalu di Seminari Tinggi St. Giovanni XXIII Malang. Pendidikan S1 dan S2 di STFT Widya Sasana Malang. Selanjutnya, ia ditugaskan menjadi Pastor Rekan di Paroki Santo Paulus untuk waktu dua tahun.

Romo Albertus Arif SMM

Ia lahir di Malang 29 Maret 1988, warga Paroki Maria Annunciata Lodalem Keuskupan Malang. Perjalanan panggilannya dimulai dengan menjadi seminaris di Seminarium Marianum Probolinggo.

Romo Arif bergabung dengan Serikat Maria Montfortan, menjalani masa pembinaan di Novisiat Monfortan Ruteng dan Seminari Monfort Pondok Kebijaksanaan Malang.

Pendidikan S1 dan S2 di STFT Widya Sasana Malang. Selanjutnya akan ditugaskan sebagai Pastor Rekan di Paroki Maria Bintang Samodra Situbondo untuk waktu lima bulan.

Romo Bernardus Junianto CDD

Ia lahir di Ngawi 10 Juni 1989 berasal dari Paroki St. Yosep Ngawi Keuskupan Surabaya, perjalanan panggilan dengan masuk Seminari Menengah dan SMAK St. Vincentius a Paulo Garum di Blitar, lalu menggabungkan diri ke Kongregasi Murid-murid Tuhan (CDD).

Ia menjalani masa pembinaan di Biara Fatima di Batu dan Skolastikat CDD Seminari Constantini Malang. Pendidikan S1 dan S2 di STFT Widya Sasana Malang.  Selanjutnya ia akan ditugaskan sebagai Pastor Rekan di Paroki St. Agustinus Sungai Raya Keuskupan Agung Pontianak untuk lama waktu yang belum ditentukan.

Imam baru bersama Bapak Uskup dan petinggi kongregasi.

Wakil keluarga imam tertahbis

Sambutan dari orangtua diwakili oleh orangtua Romo Zeno Kurniawan dari Curahjati KM.

Selain menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak atas terselenggaranya tahbisan ini, ia  berharap agar mereka yang baru ditahbiskan bisa bertahan menjadi romo seumur hidup yang tangguh, tanggap, tanggon serta trengginas.

Uniknya, bapak itu mengenakan pakaian adat suku Osing Banyuwangi.

Kredit foto: Gerry Newan/ Pengurus DPP Paroki Katedral Malang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here