Rabu, 14 September 2022
Pesta Salib Suci
- Bil. 21:4-9.
- Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38.
- Flp. 2:6-11.
- Yoh. 3:13-17.
“TIDAK pernah ada salib tanpa Yesus; dan tidak pernah ada Yesus tanpa salib,” kata Santo Maria de Montfort.
Bagi Montfort, mengenal salib merupakan anugerah yang diberikan kepada orang-orang istimewa.
Karenanya, betapa bahagia orang yang menemukan karunia istimewa itu. Bagi mereka, salib itu membuat mereka berkenan kepada Allah
Salib bukan hukuman, melainkan bentuk cinta Tuhan kepada manusia.
“Jika saja saya tidak pernah mengalami peristiwa pahit ini, hidupku tidak akan pernah berubah seperti saat ini,” kata seorang bapak.
“Dulu saya hidup jauh dari Tuhan; bahkan saya hidup melawan perintah Tuhan,” sambungnya.
“Banyak hal saya lakukan tanpa sadar, dan hanya ikut dorongan nafsu. Hidup tanpa dasar iman yang kuat dan benar,” sesalnya.
“Hingga akhirnya rumahtanggaku kacau balau, usahaku bangkrut, uang tabungan ludes,” ujarnya
“Tidak ada satu pun sahabat yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Mereka semua meninggalkanku, sambil menyalahkan diriku,” lanjutnya.
“Semua bisa saja terjadi lantaran cara hidupku yang kacau, mengejar kesenangan semu, bermain judi dan menggunakan obat terlarang,” kisahnya.
“Setelah semua habis dan banyak kesulitan, saya melihat dua pilihan. Berhenti dan memperbaiki diri atau meratapi sampai mati,” ujarnya.
“Dalam kondisi batin bingung, saya dipertemukan dengan seorang romo. Melalui pendampingan romo itu, Tuhan menuntun saya ke arah kebangkitan. Saya berusaha bangkit, dan menata hidup kembali,” sambungnya.
“Ingat, Petrus dan Yudas, sama-sama telah mengkhianati Yesus tetapi Petrus menyesal kemudian bertobat dan mengikuti Yesus dengan total. Sedangkan Yudas, ia meratapi kesalahannya; namun tidak kuasa bangkit hingga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,” kata romo itu.
“Kejatuhanmu bisa menjadi jalan yang mendekatkanmu dengan Tuhan dan menjadi sarana keselamatan jika engkau menerima, memanggulnya dan mempersembahkan kepada Tuhan Yesus,” papar romo itu.
“Namun bisa juga kejatuhanmu itu menjadi jalan yang akan menghancurkan hidupmu. Ini seakan jadi salib sebelum digunakan oleh Tuhan Yesus. Lambang kematian, tempat orang dihukum,” lanjutnya.
“Saat ini setelah kejatuhan dan kesulitan yang bertubi-tubi, saya mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa salib bagiku merupakan sebuah misteri yang mengantar saya pada permenungan tentang arti dan makna hidup di dunia ini,” kata bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Dalam kenyataan sehari-hari, tantangan salib bagi kita bisa silih berganti datang di jalan kehidupan kita. Setiap orang Kristiani mempunyai pengalaman salib yang berbeda-beda dan unik.
Sejak zaman para rasul hal itu telah ada dan dengan terang-terangan diungkapkan oleh Rasul Paulus “tetapi kami memberitahukan tentang Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah (1Kor 1:23-24).”
Rasul Paulus telah mengungkapkan tentang keheranan akan misteri salib. Bagi siapapun yang tidak percaya akan Kristus akan merasa heran tentang salib; sebab mereka tidak memiliki jiwa yang mencari dan mencintai Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau memanggul salib hidupku dalam mengikuti Yesus?