“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13, 14-15)
KEMAREN sore, saya ikut Perayaan Ekaristi pengenangan perjamuan terakhir di Katedral. Gereja nampak penuh dan banyak umat beriman memakai pakaian warna putih. Putih merupakan warna dominan, termasuk juga hiasan di Panti Imam dan tempat pentahtaan Sakramen Mahakudus. Suasana seperti ini tentu berkaitan dengan nama ‘Kamis Putih’, yang lazim dipergunakan. Warna putih juga melambangkan kesucian atau kemurnian.
Gereja menghadirkan kembali Seorang Pribadi yang suci hati-Nya dan murni kehendak-Nya, yakni melaksanakan dengan tuntas kehendak Bapa-Nya di surga untuk menyelamatkan umat manusia. Pribadi yang tidak mempunyai pamrih untuk Diri-Nya sendiri. Hidup dan karya-Nya diperuntukkan untuk mengasihi umat manusia. Dia mengasihi pengikut-Nya secara utuh sampai sehabis-habisnya, yakni sampai mengurbankan Diri dan mencurahkan darah-Nya.
Dalam kesempatan perjamuan terakhir, Dia tidak hanya memberikan teladan kerendahan hati dalam pelayanan, tetapi juga memberikan perintah kepada pengikut-Nya untuk saling membasuh kaki dan saling mengasihi satu dengan yang lain. Dia memberikan perintah atau mandat kepada pengikutnya. Perintah ini semakin jelas di dalam Yoh 13, 34. Perintah atau mandat ini yang menjadi latar belakang sebutan ‘Maundy Thursday’, untuk menyebut Perayaan Kamis Putih.
Mandat ini sungguh relevan untuk kehidupan orang pada jaman ini; kehidupan yang masih diwarnai berbagai bentuk kekerasan, seperti: pengeboman, kerusuhan, penganiayaan, dan permusuhan dalam segala bentuknya.
Dalam hal-hal apa saja, saya mewujudkan mandat untuk saling mengasihi itu? Teman-teman selamat pagi dan selamat merenungkan kisah sengsara-Nya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)