Jadi Tuan Rumah Indonesian Youth Day III 2023, Inilah Profil Keuskupan Agung Palembang (2)

0
184 views
Ilustrasi: Bangunan baru Gereja Katedral Santa Maria Palembang. (Sr. Fransiska Agustine FGSM)

BERIKUT ini profik Keuskupan Agung Palembang yang di tahun 2023 ini menjadi tuan rumah penyelanggaraan Indonesian Youth Day III 2023; berlangsung tanggal 26-30 Juni 2023.

Sejarah Gereja Katolik Sumatera Selatan mulai ditorehkan sejak tahun 1887, ketika seorang misionaris imam Ordo Serikat Yesus (Jesuit) Pastor J. van Meurs SJ mengawali langkah besarnya di sebuah dusun kecil bernama Tanjung Sakti, wilayah Pasemah, Ulu Manna, Karesidenan Bengkulu.

Pastor van Meurs SJ, perintis misi di Sumsel

Tahun 1890, benih kekatolikan mulai bersemi. Pastor van Meurs SJ berhasil mempermandikan delapan anak dan tiga anak menjadi katekumen. Agar pelayanan pastoral di daerah misi lebih intensif, Bruder Vester SJ ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan. Ini terjadi bulan Maret 1891.

Tanggal 8 Agustus 1891, Pastor van Meurs meninggal dunia karena sakit keras di Tanjung Sakti, Bengkulu.

Tahun 1892, Bruder Vester SJ pindah tugas ke Maumere, Flores.

Bulan Juni 1894, Pastor WL Jannisen SJ bersama Bruder Zinken SJ datang ke Tanjung Sakti untuk melanjutkan karya para pendahulu. Umat telah berkembang menjadi 200 orang.

Tahun 1897 terjadi penerimaan Sakramen Penguatan untuk pertama kalinya oleh Mgr. Staal dari Batavia.

Meski memiliki harapan yang cerah dan menjanjikan, karya misi di Tanjung Sakti dihentikan. Bulan November 1898, Pastor Jannisen SJ dipindahkan ke Padang.

Beliau masih tetap mengunjungi umat Tanjung Sakti beberapa kali dalam setahun; untuk meneguhkan iman mereka.

Dari Tanjung Sakti sebagai pos utama, karya misi meluas ke Karesidenan Bengkulu, Palembang, dan sekitarnya.

Prefektur Apostolik Padang

Tanggal 30 Juni 1911, Vatikan mengeluarkan dekrit tentang pemisahan Prefektur Apostolik Sumatera yang berpusat di Padang dari Vikariat Apostolik Batavia.

Prefek Apostolik pertama adalah Mgr. Liberatus Cluts OFMCap. Beliau mengemban tugas ini sejak tahun 1912-1921.

Masa-masa yang sulit bagi jemaat perdana terjadi sekitar tahun 1914, ketika pengaruh agama lain menggerus iman umat Katolik Tanjung Sakti.

Gembala umat saat itu adalah Pastor Sigebertus OFMCap; dibantu Mr. JC. Kielstra dan tujuh suster Kongregasi Belas Kasih berjuang keras membendung gelombang perpindahan iman.

Bulan Agustus 1920, Pastor Mathias Brans OFMCap tiba di Tanjung Sakti menggantikan Pastor Sigebertus OFMCap yang dipindahtugaskan ke Padang. Tahun-tahun terakhir masa kekaryaan pastor-pastor Kapusin di Tanjung Sakti, keadaan semakin membaik.

Karya misi imam-imam Kapusin berakhir, setelah imam-imam Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) datang ke Tanjung Sakti.

Sesuai dengan breve dari Roma bertanggal 27 Desember 1923, Sumatera Selatan dipisahkan dari Prefektur Apostolik Sumatera yang kemudian berubah menjadi Prefektur Apostolik Padang.

Wilayah Sumatera Selatan berubah statusnya menjadi Prefektur Apostolik Bengkulu. Nama ini dipilih karena Tanjung Sakti yang merupakan pos utama misi; terletak di wilayah Karesidenan Bengkulu.

Misi Kongregasi SCJ

Tanggal 28 Mei 1926, Mgr. HL Smeets SCJ diangkat menjadi Prefektur Apostolik Bengkulu. Pada tanggal 23 September 1924, para misionaris SCJ yang pertama tiba di Tanjung Sakti.

Mereka adalah Pastor HJD van Oort SCJ, Pastor K. van Stekelenburg SCJ, dan Bruder Feliks van Langenberg SCJ. Lima pos karya misi saat itu adalah Tanjung Sakti, Palembang, Bengkulu, Tanjung Karang-Teluk Betung, dan Jambi.

Pastor Harrie van Oort SCJ menggantikan Mgr. Harrie Smeets SCJ yang kembali ke Eropa, tanggal 19 Januari 1927.

Vikariat Apostolik Palembang

Vikariat Apostolik Palembang ditetapkan pada tanggal 13 Juni 1939; sebagai pengembangan Prefektur Apostolik Bengkulu. Vikaris Apostolik masa itu adalah Mgr. Henri Martin Mekkelholt SCJ.

Mgr. Henri Martin Mekkelholt SCJ. (Ist)
Ilustrasi: Sejarah munculnya Provinsi SCJ Indonesia. (SCJ)

Dampak Perang Dunia II yang berkecamuk antara tahun 1939–1945, sangat dirasakan oleh Gereja. Di wilayah Palembang, banyak umat meninggalkan imannya. Banyak imam, biarawan dan biarawati menjadi korban perang. Dokumen-dokumen hilang atau terbakar.

Setelah Perang Dunia II berakhir, situasi Vikariat Apostolik Palembang relatif lebih aman dibandingkan masa-masa sebelumnya. Bulan November-Desember 1947, Pastor Hermelink SCJ Bruder Caspar SCJ dan para suster Carolus Borromeus meneruskan kembali karya pastoral di Lahat.

Tanggal 19 Juni 1952, Tahta Suci menetapkan daerah misi Lampung ditetapkan sebagai Prefektur Apostolik; terpisah dari Vikariat Apostolik Palembang. Hirarki Gerejani Indonesia terbentuk pada tanggal 3 Januari 1961.

Uskup Coadjutor

Vikariat Apostolik Palembang berubah statusnya menjadi Keuskupan Palembang. Mgr. Henri Martin Mekkelholt SCJ diangkat sebagai uskup pertama. Karena kesehatan beliau menurun, Mgr. Mekkelholt memohon seorang uskup pembantu kepada Tahta Suci.

Permohonan itu dikabulkan. Pastor JH Soudant SCJ dipilih sebagai Uskup Coadjutor dan ditahbiskan menjadi uskup tanggal 29 Juni 1961.

Setelah Mgr. H.M. Mekkelholt meletakkan jabatan sebagai Uskup Keuskupan Palembang, Mgr. JH Soudant SCJ meneruskan tugas penggembalaan Keuskupan Palembang sejak 5 April 1963 – 20 Mei 1997.

Pada masa kepemimpinan Mgr. JH Soudant SCJ, seturut keputusan Tahta Suci, ditahbiskanlah seorang Uskup Pembantu. Beliau adalah Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.

Setelah Mgr. Soudant memasuki masa purna jabatan, 20 Mei 1997, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ ditetapkan sebagai Uskup Keuskupan Palembang.

Wilayah Keuskupan Palembang mencakup tiga provinsi: Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu.

Uskup Agung Palembang Mgr. Aloysius Sudarso SCJ bersama para suster FCh di Belitang. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KAPaL)

Penetapan sebagai Keuskupan Agung Palembang

Akhirnya sampailah pada saat yang penuh rahmat. Pada tanggal 1 Juli 2003, Yang Mulia Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, melalui surat kabar Vatikan l’Osservatore Romano mengumumkan hal-hal berikut:

  1. Bapa Suci berkenan mendirikan satu Provinsi Gerejawi Baru di Sumatera, yaitu Keuskupan Agung Palembang.
  2. Bapa Suci telah berkenan menunjuk Mgr. Aloysius Sudarso SCJ menjadi Uskup Metropolitan pertama untuk Keuskupan Agung Palembang. Pada tahun 2020, usia Mgr. Aloysius Sudarso SCJ genap 75 tahun; maka berdasarkan hukum Gereja, beliau berhak mengajukan pensiun ke Roma.
  3. Tanggal 3 Juli 2021, Bapa Suci Paus Fransiskus mengumumkan: menerima permohonan pensiun Mgr. Aloysius Sudarso SCJ sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang. Bapa Suci mengangkat Uskup Tanjung Karang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono menjadi uskup metropolitan kedua Keuskupan Agung Palembang. (Berlanjut)

Baca juga: 26-30 Juni 2023: Indonesian Youth Day (IYD) III di Keuskupan Palembang, Apa dan Bagaimana (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here