Sang Pengantara

0
261 views
Tali penyambung

Bacaan 1: Ibr 9:2-3. 11-14

Injil: Mrk 3:20-21

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berinteraksi dengan pihak lain. Dalam relasinya, sangat memungkinkan terjadinya sebuah perbedaan baik sifat, sikap maupun pandangan sehingga menyebabkan sebuah perselisihan.

Akibat dari perselisihan adalah retaknya sebuah relasi.

Dalam suatu interaksi, perselisihan adalah sesuatu yang wajar, yang menjadikan beda adalah bagaimana menyikapinya. Tak ada perselisihan yang tak dapat diselesaikan.

Saling memahami dan memaafkan adalah cara terbaik menyelesaikan keretakan akibat perselisihan.

Sejak dosa masuk ke dalam manusia, maka mereka terusir dari Taman Eden. Relasi dengan Allah menjadi terputus dan kehilangan kemuliaan Allah. Manusia berselisih dengan Allah dan terus menentang-Nya sejak itu.

Namun Allah adalah kasih, Dia sungguh sangat pemaaf dan ingin manusia kembali kepada-Nya.

Masalahnya adalah, manusia tidak bisa menyelesaikan sendiri perselisihan tersebut dan membutuhkan ‘Pengantara’. Maka Allah mengutus Tuhan Yesus sebagai Sang Pengantara bagi manusia.

Dalam tradisi Yahudi, seorang imam besar harus mempersembahkan kurban penebus salah setiap tahun untuk memohon pengampunan dosa baik bagi dirinya maupun bagi umat Israel. Dia menjadi pengantara bagi umat Yahudi dengan Allah untuk memulihkan relasi akibat dosa.

Namun kita umat Kristiani memiliki Sang Pengantara yang jauh lebih mulia.

Dia-lah Yesus Kristus, yang mempersembahkan Tubuh-Nya sendiri sekali untuk selamanya sebagai kurban penebus dosa manusia.

“…betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”

Demikian penulis Ibrani memberikan peneguhan.

Yesus berdiri diantara manusia dan Allah Bapa-Nya sebagai ‘Jembatan dan Pengantara’ untuk menghubungkan kembali relasi yang terputus. Dia berada di dua pihak.

Sebagai pihak yang berada di dalam kedua pihak, kadang ada saja yang tidak percaya bahkan dianggap tidak waras.

Pesan hari ini

Setiap orang pasti ingin hidup damai dan bahagia bersama-Nya. Jadilah pengantara bagi pihak lain yang terpisah dari Allah.

Dan jangan risih dianggap orang tidak waras, sebab Kristus telah mengalaminya.

“Kamu tak akan pernah mendapatkan kedamaian didunia ini jika tidak berdamai dengan dirimu sendiri.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here