Puncta 28.08.22
Minggu Biasa XXII
Lukas 14: 1.7-14
ADA sebuah lagu dari Krakatau Band yang dinyanyikan Trie Utami berjudul La Samba Primadona.
Lagu ini menggambarkan kepongahan sang ratu dansa yang ingin menjadi primadona bagi semua pengunjung pesta.
“Dalam suatu pesta. Di malam ceria. Semuanya gembira. Menyanyi dan berdansa
Ku melangkah ke sana. Kuangkat kepala. Kumelirikkan mata. Agar semua pria tahu
Siapa aku, Sang primadona.”
“Lihatlah padaku. Manisnya senyumku. Coba tengok langkahku. Semua membuat rindu. Membuat pria datang padaku. Ku memang primadona. Ku memang ratu pesta.”
Semua orang ingin menjadi nomor satu, pusat perhatian, menjadi terkemuka, terbaik dan dihormati oleh banyak orang.
Siapa yang tidak ingin dihormati, dipuja-puji di mana-mana dan dipandang sebagai orang terkenal?
Orang harus waspada karena popularitas atau ketenaran mudah sekali membuat orang sombong, terlena dan akhirnya jatuh dalam lembah kelam.
Oleh karena itu Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya untuk bersikap rendah hati dan “empan papan”; artinya bijak bagaimana harus menempatkan diri.
Yesus berkata, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Orang dihormati bukan karena popularitas, status atau kedudukannya, tetapi karena perilaku dan tutur katanya yang baik.
Dia dapat menghargai orang lain dengan sopan santun, tidak membeda-bedakan orang, apalagi menghina atau membenci sesamanya.
Orang yang berani merendahkan diri tidak berarti dia hina, lemah atau tak berharga.
Dengan merendahkan diri, orang berusaha menghargai sesamanya. Seperti batang padi yang bernas, menunduk karena kualitas, demikian juga orang, semakin bernas penuh berisi, orang makin merendahkan dirinya.
Sebaliknya padi yang tidak berisi justru tegak pongah berdiri. Ia ibarat tong kosong yang nyaring bunyinya.
Tidak ada isinya sama sekali, artinya tidak berkualitas, tidak bernas, tidak ada isinya.
Mari belajar dari sebatang padi
Makin berisi makin tunduk ke bumi.
Dengan semakin menghargai
Kita akan semakin rendah hati.
Nanga Tayap, ingatlah padi yang merunduk…