Puncta 10 Agustus 2024
Pesta St. Laurentius, Diakon dan Martir
Yohanes 12: 24-26
DIAKON Laurentius menjalani kemartiran pada tahun 258. Dia bertugas memelihara aset Gereja – mungkin anggota PGPM (Pengurus Gereja Papa Miskin) di Keuskupan Agung Semarang kalau zaman sekarang.
Penguasa Roma memerintahkan agar seluruh harta Gereja diserahkan kepada pemerintah. Seperti zaman krisis moneter dulu, pemerintah meminta warga untuk menyerahkan emas kepada negara.
Laurentius membawa orang-orang miskin, gelandangan, pengemis dan penganggur berkumpul di balaikota. Ia berkata kepada penguasa Roma, “Inilah harta kekayaan Gereja yang kami punya.”
Tentu saja hal ini membuat penguasa marah. Laurentius ditangkap dan dibunuh dengan cara dibakar di alun-alun kota.
Mukjizat terjadi. Dari tubuh yang hangus itu tercium bau harum yang semerbak. Banyak orang percaya, Laurentius hidup dalam kebenaran dan kesucian.
Tertulianus berkata, “Sanguis martyrum, semen Christianorum”, darah para martir adalah benih yang subur bagi iman Kristen.
Yesus berkata, “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Laurentius seperti biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Ia menghasilkan banyak buah. Iman Kristen makin subur ketika menghadapi tantangan dan kesulitan.
Sebaliknya ketika agama Kristen diresmikan sebagai agama negara di Kekaisaran Romawi, iman Kristen malah mati, tidak berkembang.
Kemartiran, kesulitan, pengorbanan justru membuat iman menjadi hidup. Semangat pengorbanan itulah yang membuat iman kita berkembang.
Sebagaimana Yesus berkata, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Jika kita mau melayani Yesus berarti kita harus siap mengikuti Dia. Mengikuti Yesus berarti harus juga siap memanggul salib kita masing-masing.
Memanggul salib berarti juga berani menghadapi kesulitan dan tantangan apa pun juga. Kesetiaan dan keteguhan menghadapi kesulitan inilah benih subur bagi iman kita.
Pagi-pagi cari warung makan,
Baru ada krupuk dan sambel belacan.
Laurentius teladan kemartiran,
Semoga kami kuat hadapi kesulitan.
Wonogiri, jadi martir zaman sekarang
Rm. A.Joko Purwanto, Pr